Menjadi judul Businnes Week dan sebuah majalah business lainhya mengatakan, Toyota belum mau mejadi produsen mobil no1 dunia pada tahun 2007. Pertanyaanya adalah dengan cara apa Toyota menunda menjadi nomer 1. Bukankah semuanya tergantung kepada customer? Data-data tidak mendukung pernyataan itu. Karena ketika pernyataan itu diumumkan, Toyota sedang mengalami pertumbuhan penjualan 9 % di dunia. Laba Toyota setahun (April 06- Maret 07) mencapai 13,7 meliard US dollar, bahkan pada permulaan tahun 2007 Toyota mengumumkan akan meninvestasikan dana sebesar 13.1 meliard US dollar untuk membanguan belasan pabrik baru di dunia khususnya di Amerika Serikat. Toyota juga menaikan belanja suku cadang kepada lebih dari 400.000 supplier di USA, menerima karyawan baru untuk pabrik yang dibangun, menyisihkan 5% dari gross sales duitnya untuk Research dan Development (2006: 11 meliard US dollar), menyumbang 1 meliard US dollar kepada Blanchette Rockefeller Neurosciences Institute at West Virginia University, USA dan kini menguasai 17,4 % retail sales di USA.
Toyota hanya bisa menunda menjadi No 1 dengan cara, melakukan PHK di mana-mana, megurangi dana R&D, berhenti membangun pabrik baru, berhenti malakukan Kaizen, mengurangi produksi, berhenti menjual, dan tindakan- tindakan nyata yang menggambarkan ketidak berhasilan Toyota dan itu tidak dilakukan. Sesungguhnya pernyataan tidak mau menjadi no 1, lebih bersifat pernyataan malu-malu khas orang Jepang yang tidak mau menonjolkan diri setelah kalah dalam perang dunia 2. Karakter tersebut, dipelajarinya dari masyarakat Jawa setelah 3,5 tahun menduduki negeri ini. Ngluruk tanpa bala, perang tanpa tanding, menang datan angosorake. Menyerbu tanpa pasukan, perang tanpa bertempur, mengalahkan tanpa menurunkan derajat yang dikalahkan.
Dalam majalah Business Week terbitan Maret 2007, Ian Rowley menulis “How Toyota is winning the hearts and minds of America” Lewat upaya marketing, public relations, dan lobbying, dalam 20 tahun ini Toyota telah menjadi perusahaan otomotif yang bisa diterima baik oleh rakyat Amerika dibandingan dengan the big three. Kecuali komentar Jason Vines chief PR Chrysler"The thing I resent is Toyota wrapping themselves in the American flag.
Lain pula komentar rakyat Amarika: “Yang terbaik adalah persaingan antara US auto maker dan Japanese. Selama ini tidak ada perbaikan kualitas pada mobil Amarika. Ayah saya 1980 membeli sebuah Chavy Malibu, baru setahun ia sudah mengeluh. Sekarang kami memakai Lexus dan tidak bermasalah. Repurtasi merupakan sesuatu yang terukur dengan nilai uang” maksudnya bukan slogan belaka. “My grandfather once told me the difference between the U.S. and Japan. In America, when something goes wrong with a vehicle, automakers get more lawyers. When something goes wrong with a vehicle in Japan, they get more engineers. If they make a better product with a good price I'm going to get it. If the U.S. automakers can't keep up then put them out of their misery” “Toyota has been hands down the highest quality manufacturer of cars to date. What's wrong with the BIG 3 philosophy is that they produce large, NON economical, and easily embarassing numbers.” eKid.
Tidak demikian dengan Katsuaki Watanabe, ia merasa kawatir:”kita harus secara constan dan cermat, memikirkan reaksi yang tidak menyenangkan, dari masyarakat (Amerika). Sehingga apa yang sudah dikerjakan selama 20 tahun terakhir tidak kontra produktif. Adalah sangat penting kehadiran kami diterima oleh warga Amerika” Nampaknya Watanabe takut Toyota di boikot dimana-mana.
Bermula dengan Sakichi Toyoda yang lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan pembuatan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.
Hak paten mesin tekstil otomatisnya kemudian dijual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris, Britania Raya. Hasil penjualan paten ini, dijadikan modal pengembangan divisi otomotif. Mulai tahun 1933, ketika Toyoda membangun divisi otomotif, tim yang kemudian banyak dikendalikan oleh anaknya Kiichiro Toyoda. Mesin Tipe A berhasil dirampungkan pada 1934. Setahun kemudian mesin ini dicangkokkan prototipe pertama mobil penumpang mereka, A1.
Di tahun 1936 mereka meluncurkan mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA Kemudian tahun 1937 mereka meresmikan divisi otomotif dan memakai nama Toyota. Pengambilan nama Toyota dalam bahasa Jepang terwakili dalam 8 karakter, dan delapan adalah angka keberuntungan bagi kalangan masyarakat Jepang. Alasan lain yang dianggap masuk akal adalah industri otomotif merupakan bisnis gaya hidup dan bahkan penyebutan sebuah nama, menjadi sisi yang begitu penting. Karena nama Toyoda dianggap terlalu kaku di dalam bisnis yang dinamis sehingga diubah menjadi Toyota yang dirasa lebih baik. Tak ayal, tahun 1937 merupakan era penting kelahiran Toyota Motor Co, Ltd. cikal bakal raksasa Toyota Motor Corp (TMC).
"We constantly need to think about the potential backlash against us," kata Presiden Toyota Katsuaki Watanabe kepada BusinessWeek. Amanah yang diucapkan oleh Mr Cho, mantan President dan kini menjadi Mr Chairmen ini, mengharuskan Toyota berhati-hati dan manage factor ancaman dan perlu adanya pertumbuhan dalam bisnis.
Watanabe, ekonom universitas Keio Jepang, bergabung dengan Toyota sejak tamat pada tahun 1964 dan pada tahun 1999 menduduki jabatan GM corporate-planning department. Corresponden BusinessWeek Tokyo Ian Rowley berhasil mewawancarai, antara lain ia mengatakan 3 hal, kualitas product, R&D dan SDM: “The first relates to the firm assurance of product quality. The second is to accelerate research and development efforts. Third, to achieve these goals, around the world we need to develop human resources as much as possible. I've always been very conscious of the fact that we cannot hope for growth without the improvement of our quality” Kepada jajaran Toyota ia melakukan pendekatan terus menerus agar karyawan melakukan suatu pekerjaan dengan SMART dan memperkuat organisasi. Dengan demikian diharapkan perusahaan memiliki dasar yang kuat. Di perusahaan hal yang sangat ditakuti adalah semua merasa sudah puas dan kesombongan. Ketika sebuah perusahaan berhenti berinovatif maka ia akan tergilas oleh perusahaan lain. Hal itu terbukti ketika Kenichiro Fuse Chief Engineer Camry, melakukan perubahan pada Camry baru padahal Camry lama masih menjadi Car of the year di USA.
Ketika ditanya soal SDM, yakni alih kemampuan kepada yang yunior Watanabe menyebutkan Toyota sukses alih kepemimpinan dalam beberapa decade ini. “Bagaimana kita yakin DNA kita sendiri ditransfer ke generasi yang lebih muda di Toyota” tentunya harus ada keterbukaan dan komunikasi dalam perusahaan. Dalam wawancara, nampak fokus Watanabe kepada pasar USA yang 17 juta unit. Ia akan memperhatikan konversi bahan bakar seperti menggunakan ethanol, mesin diesel, dan gas alam. Dalam jangka pendek Toyota memaksimalkan produksi mobil hibrida yang kini masuk generasi III yang tidak menutup kemungkinan beralih dari nickel hydride battery ke lithium battery dan akan mengurangi biaya produksi menjadi ½ nya. (dari berbagai sumber).
Toyota hanya bisa menunda menjadi No 1 dengan cara, melakukan PHK di mana-mana, megurangi dana R&D, berhenti membangun pabrik baru, berhenti malakukan Kaizen, mengurangi produksi, berhenti menjual, dan tindakan- tindakan nyata yang menggambarkan ketidak berhasilan Toyota dan itu tidak dilakukan. Sesungguhnya pernyataan tidak mau menjadi no 1, lebih bersifat pernyataan malu-malu khas orang Jepang yang tidak mau menonjolkan diri setelah kalah dalam perang dunia 2. Karakter tersebut, dipelajarinya dari masyarakat Jawa setelah 3,5 tahun menduduki negeri ini. Ngluruk tanpa bala, perang tanpa tanding, menang datan angosorake. Menyerbu tanpa pasukan, perang tanpa bertempur, mengalahkan tanpa menurunkan derajat yang dikalahkan.
Dalam majalah Business Week terbitan Maret 2007, Ian Rowley menulis “How Toyota is winning the hearts and minds of America” Lewat upaya marketing, public relations, dan lobbying, dalam 20 tahun ini Toyota telah menjadi perusahaan otomotif yang bisa diterima baik oleh rakyat Amerika dibandingan dengan the big three. Kecuali komentar Jason Vines chief PR Chrysler"The thing I resent is Toyota wrapping themselves in the American flag.
Lain pula komentar rakyat Amarika: “Yang terbaik adalah persaingan antara US auto maker dan Japanese. Selama ini tidak ada perbaikan kualitas pada mobil Amarika. Ayah saya 1980 membeli sebuah Chavy Malibu, baru setahun ia sudah mengeluh. Sekarang kami memakai Lexus dan tidak bermasalah. Repurtasi merupakan sesuatu yang terukur dengan nilai uang” maksudnya bukan slogan belaka. “My grandfather once told me the difference between the U.S. and Japan. In America, when something goes wrong with a vehicle, automakers get more lawyers. When something goes wrong with a vehicle in Japan, they get more engineers. If they make a better product with a good price I'm going to get it. If the U.S. automakers can't keep up then put them out of their misery” “Toyota has been hands down the highest quality manufacturer of cars to date. What's wrong with the BIG 3 philosophy is that they produce large, NON economical, and easily embarassing numbers.” eKid.
Tidak demikian dengan Katsuaki Watanabe, ia merasa kawatir:”kita harus secara constan dan cermat, memikirkan reaksi yang tidak menyenangkan, dari masyarakat (Amerika). Sehingga apa yang sudah dikerjakan selama 20 tahun terakhir tidak kontra produktif. Adalah sangat penting kehadiran kami diterima oleh warga Amerika” Nampaknya Watanabe takut Toyota di boikot dimana-mana.
Bermula dengan Sakichi Toyoda yang lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan pembuatan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.
Hak paten mesin tekstil otomatisnya kemudian dijual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris, Britania Raya. Hasil penjualan paten ini, dijadikan modal pengembangan divisi otomotif. Mulai tahun 1933, ketika Toyoda membangun divisi otomotif, tim yang kemudian banyak dikendalikan oleh anaknya Kiichiro Toyoda. Mesin Tipe A berhasil dirampungkan pada 1934. Setahun kemudian mesin ini dicangkokkan prototipe pertama mobil penumpang mereka, A1.
Di tahun 1936 mereka meluncurkan mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA Kemudian tahun 1937 mereka meresmikan divisi otomotif dan memakai nama Toyota. Pengambilan nama Toyota dalam bahasa Jepang terwakili dalam 8 karakter, dan delapan adalah angka keberuntungan bagi kalangan masyarakat Jepang. Alasan lain yang dianggap masuk akal adalah industri otomotif merupakan bisnis gaya hidup dan bahkan penyebutan sebuah nama, menjadi sisi yang begitu penting. Karena nama Toyoda dianggap terlalu kaku di dalam bisnis yang dinamis sehingga diubah menjadi Toyota yang dirasa lebih baik. Tak ayal, tahun 1937 merupakan era penting kelahiran Toyota Motor Co, Ltd. cikal bakal raksasa Toyota Motor Corp (TMC).
"We constantly need to think about the potential backlash against us," kata Presiden Toyota Katsuaki Watanabe kepada BusinessWeek. Amanah yang diucapkan oleh Mr Cho, mantan President dan kini menjadi Mr Chairmen ini, mengharuskan Toyota berhati-hati dan manage factor ancaman dan perlu adanya pertumbuhan dalam bisnis.
Watanabe, ekonom universitas Keio Jepang, bergabung dengan Toyota sejak tamat pada tahun 1964 dan pada tahun 1999 menduduki jabatan GM corporate-planning department. Corresponden BusinessWeek Tokyo Ian Rowley berhasil mewawancarai, antara lain ia mengatakan 3 hal, kualitas product, R&D dan SDM: “The first relates to the firm assurance of product quality. The second is to accelerate research and development efforts. Third, to achieve these goals, around the world we need to develop human resources as much as possible. I've always been very conscious of the fact that we cannot hope for growth without the improvement of our quality” Kepada jajaran Toyota ia melakukan pendekatan terus menerus agar karyawan melakukan suatu pekerjaan dengan SMART dan memperkuat organisasi. Dengan demikian diharapkan perusahaan memiliki dasar yang kuat. Di perusahaan hal yang sangat ditakuti adalah semua merasa sudah puas dan kesombongan. Ketika sebuah perusahaan berhenti berinovatif maka ia akan tergilas oleh perusahaan lain. Hal itu terbukti ketika Kenichiro Fuse Chief Engineer Camry, melakukan perubahan pada Camry baru padahal Camry lama masih menjadi Car of the year di USA.
Ketika ditanya soal SDM, yakni alih kemampuan kepada yang yunior Watanabe menyebutkan Toyota sukses alih kepemimpinan dalam beberapa decade ini. “Bagaimana kita yakin DNA kita sendiri ditransfer ke generasi yang lebih muda di Toyota” tentunya harus ada keterbukaan dan komunikasi dalam perusahaan. Dalam wawancara, nampak fokus Watanabe kepada pasar USA yang 17 juta unit. Ia akan memperhatikan konversi bahan bakar seperti menggunakan ethanol, mesin diesel, dan gas alam. Dalam jangka pendek Toyota memaksimalkan produksi mobil hibrida yang kini masuk generasi III yang tidak menutup kemungkinan beralih dari nickel hydride battery ke lithium battery dan akan mengurangi biaya produksi menjadi ½ nya. (dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar