09 Desember 2007

Timing Belt Sudah 150.000 km.

Suara Merdeka April 2003.
Peter Tikno, Jl Kanfer Raya Q/7 Banyumanik – Semarang. Saya punya mobil Suzuki Futura pick up yang saya beli sejak baru pada tahun 1991. Sampai sekarang (2002) belum pernah ganti timing belt. Kilometer mobil tersebut sudah lebih dari 150.000, peertanyaan saya:
Kapan seharusnya kita mengganti timing belt? Apa gejalanya bila timing belt sudah rusak? Kalau putus apa akibatnya? Apa yang harus diperhatikan pada mobil yang menggunakan timing belt? Mengapa air radiator selalu berwarna kuning- cokelat seperti air sungai pada hal sudah sering saya ganti.

Jawab:
Wah, Pak Tikno, mobil Anda luar biasa. Tolong segera di bawa ke bengkel Suzuki untuk diganti timing beltnya. Menurut petunjuk pihak bengkel Suzuki, timing belt harus diganti setiap 40.000 km. Kalau tidak dalam kecepatan tinggi dan timing belt putus bisa menyebabkan tabrakan antara klep dan piston. Mungkin kondisi operasi normal, sehingga mesin mobil Anda tidak mengalami kerusakan.

Timing belt dibuat dari bahan karet dan serat nilon yang sangat kuat, yang tahan terhadap tarikan. Kendati demikian harus diakui bahwa semua material yang ada di permukaan bumi ini selalu mengalami penyusutan kekuatan. Demikian pula dengan timing belt.

Selain Suzuki, Honda keluaran tahun sampai tahun 1988 harus ganti sebelum 45.000 km, dan tahun setelah itu harus mengganti timing belt sebelum 60.000 km. Sedangkan Honda yang sudah menggunakan VTec, menggunakan rantai, sehingga baru diganti bila sudah ada bunyi “kemerecek” mungkin pada kurang lebih 150 000 km. Toyota merekomendasi mengganti timing belt sebelum 100.000 km. Dalam beberapa kejadian, timing belt sudah putus pada 60.000 km, akan tetapi ada pula seperti yang Anda alami. Saya suka menyarankan agar timing belt diganti sekitar 80.000 km bagi Toyota dan 40 000 pada Honda.

Ada catatan tambahan, untuk semua Honda yang menggunakan timing belt bila putus, dan akan menyebabkan kerusakan pada klep, arm, piston dan mungkin pula dinding selinder. Hal yang sama akan terjadi pada mobil- mobil Toyota yang mengunakan 12 valve untuk 4 selinder (SE Salon (84) dan Starlet serta Kijang Diesel. Diluar itu, semua produk Toyota yang menggunakan timing belt bila timing belt putus tidak menyebabkan kerusakan apa- apa pada mesin.

Timing belt yang akan rusak sering tidak memberi gejala apa-apa. “Akan tetapi bagi yang suka secara teratur neneriksakan mobil ke bengkel, pihak bengkel akan melihat kondisi timing belt. Bila tampak sudah getas atau huruf- hurufnya sudah kabur maka biasanya disarankan untuk diganti” ujar Frans dari bengkel Honda Jl Gajahmada.

Oleh karena itu bagi pemilik yang mobilnya menggunakan timing belt disarakan untuk bertanya, kepada dealer mobil, pertama kapan harus mengganti timing belt dan kedua apakah timing belt putus bisa menyebabkan mesin ikut rusak atau hanya mogok saja? Kalau tidak sampai mengakibatkan mesin rusak, boleh- boleh saja dari 40.000 km dipakai sampai 80.000 km.

Bagi pengguna mobil yang menggunakan timing belt, berhati- hati menghidupkan mesin dengan cara mendorong atau secara kasar menggunakan engine brake. Karena dua kebiasaan itu akan menyebakan timing belt menerima beban berat secara mendadak.

Air radiator menjadi kuning karena ruang air dalam mesin kotor akibat berkarat. Bisa juga disebabkan oleh kualitas air yang cepat membuat besi mesin berkarat. Untuk menghilangkan warna kuning tersebut disarankan, setelah mengganti air radiator, tambahkan radiator treatment .

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix