18 Desember 2007

SISTEM KEMUDI RINGAN,

KOMPAS, Kamis, 04-04-1996. Halaman: 16
KEBUTUHAN UNTUK KENYAMANAN BERKENDARAAN

SAMA seperti perangkat penyejuk udara (AC) yang kini sudah merupakan perlengkapan standar mobil penumpang, begitu pula power steering. Perangkat power steering ini sudah menjadi perlengkapan standar pada beberapa merek mobil.
Selain itu, kini ada kecenderungan, mobil penumpang kecil sekalipun sudah dilengkapi power steering. Dengan perangkat power steering, sistem kemudi dapat digerakkan dengan ringan.

Tidak mengherankan bila perlengkapan power steering segera dijadikan bagian promosi yang ingin menggambarkan keunggulan produk mobil.
Dalam berbagai percakapan, muncul keluhan dari pengemudi, bahwa stang kemudi terasa berat bila kendaraan tidak dilengkapi power steering. Stang kemudi itu lebih terasa berat bila pengemudi akan memarkir kendaraannya, apalagi bila ban mobil sudah diganti dengan ukuran yang lebih besar dan lebar. Maklum, permukaan ban yang lebih lebar itu menyebabkan kemudi menjadi lebih berat. Karena itu, perlengkapan power steering yang dulu hanya dipasangkan bila ada permintaan khusus dari pemilik, kini sudah menjadi perlengkapan standar.

Cara kerja kemudi
Semua mobil pasti dilengkapi dengan kemudi. Cara kerjanya bermula dari roda kemudi (stir). Roda kemudi yang diputar pengemudi di tengahnya ada as utama yang menjulur ke ruang mesin. Lewat as utama yang ada di tengah- tengah roda kemudi, gerakan itu akan sampai ke kotak gigi
kemudi (gear box), dan akan bereaksi memutar sistem stir. Baik pada sistem stir gear box maupun rack and pinion, keduanya membutuhkan as utama. As ini bisa terpotong-potong menjadi beberapa bagian tergantung situasi ruangan yang ada di ruang mesin. Bagi Jeep, as berkemungkinan

berbentuk sebuah batang panjang karena ruangan cukup longgar. Namun bagi mobil dengan penggerak roda depan (Front Wheel Drive), kita jumpai bisa dipotong menjadi tiga bagian. Satu sama lain disambung dengan semacam kros join. As dipotong-potong karena perlu ditekuk-tekuk, disesuaikan situasi ruangan mesin.
Dengan adanya roda kemudi (stir), as utama dan kotak roda gigi penggerak, maka ban dan roda mobil bisa berputar sesuai kehendak pengemudinya.
Dalam perkembangannya, kemudi terus mengalami perubahan. Dari waktu ke waktu, tuntutan akan kemudahan dan kenyamanan terus meningkat. Demikian halnya dengna sistem kemudi mobil. Teknologi pengoperasiannya juga terus dikembangkan. Kemudi yang semula menggunakan kotak roda gigi, kini banyak yang menggantinya dengan sistem rack and pinion yang lebih responsif dan ringan. Meski cara kerja kemudi rack and pinion ini sudah ringan, namun dirasakan belum cukup. Masih terasa berat, khususnya bila mobil hendak diparkir di tempat sempit. Maka pilihan jatuh pada power steering, untuk meringankan pemutaran roda kemudi.

Pertanyaan yang muncul, apakah mobil-mobil lama bisa ditambahi power steering, sehingga tidak kalah nyaman dibanding mobil baru lainnya?
Perlu diingat, setiap kenyamanan membutuhkan tambahan biaya, baik untuk mengubah maupun saat pengoperasian. Juga pemilik mobil ber-power steering harus menyediakan biaya ekstra bila alat itu mengalami kerewelan, dan harus siap bila pemakaian bahan bakar meningkat.
Penggunaan power steering menggunakan tenaga langsung dari poros engkol. Pompa power steering yang langsung menggunakan tenaga putaran poros engkol (kruk-as) ternyata menyedot cukup banyak tenaga mesin. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar pun meningkat sekitar 10 persen.

Cara kerja power steering amat sederhana. Perpindahan fluida (minyak power steering) akibat tekanan pompa. Fluida yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain mengebabkan pergeseran kedudukan gigi pada sistem roda gigi kemudi. Pergeseran inilah menggerakan roda ke kiri atau kekanan sesuai kehendak pengemudi mobil.

Dua macam kemudi
Selama ini, mobil-mobil yang beroperasi di jalan raya di Indonesia menggunakan dua jenis sistem penggerak power steering. Pertama sistem yang mekanisme penggerak power steering-nya lewat pompa hidraulik, dan kedua menggunakan sistem elektronik. Kedua sistem ini diterapkan dengan baik untuk kemudi yang menggunakan gear box maupun pada stir yang menggunakan rack and pinion.
Dari kedua sistem kemudi, rack and pinion dan sistem kotak roda gigi, kini yang banyak digunakan adalah sistem rack and pinion.

Pemasangan "power steering"
Dari kedua sistem kemudi yang ada, sistem kemudi yang menggunakan kotak roda gigi lebih mudah ditambahi power steering. Namun ini bukan berarti tidak ada kesempatan bagi yang menggunakan sistem kemudi rack and pinion, karena mobil yang menggunakan sistem ini, biasanya tersedia pula power steering yang sudah didesain dan tinggal pasang.
Maka perbedaan pada keduanya adalah, bagi model kotak roda gigi kemudi bisa dipasangkan pada semua jenis mobil sedangkan model rack and pinion hanya pada mobil yang sama. Seandainya bisa pun, membutuhkan banyak perubahan.

Berbeda dengan power steering cara kotak roda gigi, pada model ini, perubahannya cukup sampai ke kotak roda gigi, tidak sampai ke tangkai penggerak roda. Maka model inilah yang paling banyak dipakai untuk mengubah mobil dari tanpa power steering menjadi berpower
steering.

"Power steering"
kotak roda gigi
Cara pemasangannya pun lebih mudah, dan yang penting carilah bengkel yang mampu memasang power steering dengan baik. Tanyakan dengan rinci, mungkin tidaknya mobil Anda dilengkapi power steering. Untuk mobil bermodel bonet, di mana mesin mobil ada di bagian depan sopir, power steering lebih mudah dipasangkan, dibanding mobil yang mesinnya terletak di bawah jok pengemudi. Ruangan yang sempit, sering mengakibatkan kegagalan pemasangan power steering.

Setelah mendapatkan perangkat power steering yang cocok, baik bentuk dan besarnya nyaris sama dengan kotak roda gigi kemudi yang lama, biasanya pekerjaan penggantian bisa dimulai. Penting bagi para teknisi adalah membuat kedudukan perangkat power steering yang pas dan
kokoh. Dudukan kotak roda gigi kemudi harus kuat dan tidak kocak agar tidak terjadi kelonggaran saat mengemudikan mobil. Kelonggaran pada sistem kemudi bisa menyebabkan mobil tidak stabil.

Antara roda kemudi ke kotak roda gigi kemudi biasanya diadakan pengurangan panjang as utama. Bagian ini akan dipotong dan dipasang kembali dengan penyambung. Beruntung bagi Anda yang mobilnya dilengkapi kopling karet atau kros join antara as utama dengan kotak roda gigi kemudi, karena upaya memotong dan mengubah penyambungan bisa dilakuka ndengan lebih muda.

Kondisi ini dapat dijumpai pada Kijang lama, dan dapat lebih mudah dibedakan pada tangkai pemindahan gigi transmisi. Tangkai yang bengkok menggunakan kotak roda gigi, sedangkan tangkai yang lurus, sudah menggunakan rack and pinion.

Anda juga harus menghitung akibat pemasangan power steering, bila dilakukan tidak tepat. Selain pemasangannya harus kokoh, juga perlu diperhatikan panjang tali kipas dan simetrisnya tali kipas, agar kerja pompa tidak mengganggu mesin. Umumnya, untuk menggerakkan pompa power steering dipasangkan tambahan puli pada poros engkol. Puli pada poros engkol juga mempengaruhi ringan beratnya power steering sekaligus mempengaruhi pemakaian bahan bakar. Puli pada poros engkol yang besar menyebabkan pemakaian bahan bakar lebih banyak dibanding puli yang lebih kecil. Maka bagi bengkel yang sudah berpengalaman, secara rinci akan menawarkan kepada Anda pilihan yang terbaik. Puli poros engkol yang lebih kecil bisa menghemat bahan bakar sampai 12 persen.

"Rack and pinion"
Bila dilihat dari cara kerjanya, sistem rack and pinion lebih sederhana, begitu pula tampilan fisiknya. Bagi yang mengetahui cara kerja hidraulik, dengan mudah bisa memahami cara kerja sistem rack and pinion. Pompa yang mampu memberi tekanan yang besar, memudahkan
pergerakan stir. Cara memindahkan oli dari satu sisi ke sisi lain, bisa menggerakkan stir ke arah mana yang akan dituju.

Meski tampilannya sederhana, komponen yang stu ini peka terhadap kebocoran. Seperti cara kerja hidraulik, keutamaannya ada pada sekat yang menjamin tidak terjadi kebocoran. Bila terjadi kebocoran, maka sistem power steering pun rewel.

Bagi mobil-mobil keluaran setelah tahun 1991, misalnya Kijang Grand maupun Super Kijang G, umumnya sudah menggunakan rack and pinion. Karena itu, untuk mobil-mobil ini lebih mudah dilengkapi dengan power steering, karena tinggal melepas model kemudi lama dan memasang kemudi model power steering, dan kedudukannya pun tidak berubah.

Elektrikal
Cara kerja power steering juga dapat dikatakan sederhana. Power steering yang dipasang pada Mazda van Trend, digerakkan oleh sebuah motor listrik. Pada roda kemudi, diputar motor yang akan membantu mendorong as utama, sehingga roda kemudi terasa lebih ringan. Maka prinsipnya sama dengan cara kerja hidraulik, dan yang membedakan hanya penggeraknya. Yang satu menggunakan tenaga poros engkol, yang lain menggunakan arus listrik altenator yang tersimpan di aki.

Pertanyaannya, bisakah dipasang pada mobil Anda? Secara teoritis salah satu dari ketiga contoh itu dapat dipasangkan pada mobil Anda. Tinggal, apakah ruangan dan konstruksi memungkinan komponen itu dipasang pada mobil Anda. Para teknisi dengan mudah bisa memasang asal Anda bersedia menerima perubahan pada mobil Anda.

Tidak semua mobil perlu banyak mengalami perubahan, karena ada yang sudah direncanakan untuk dan tanpa power steering. Umumnya mobil Jepang bisa diubah-ubah dengan biaya antara Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.
(Martin T. Teiseran, ahli mekanik, penulis buku otomotif, bekerja di Semarang)

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix