30 November 2007

MOBIL PINTAR UNTUK MENGEMUDI DI JALAN TOL

KOMPAS, Kamis, 16-10-1997. Halaman: 21

SITUASI lalu lintas yang selalu macet, membuat orang Jakarta
menjadi kebal dan terbiasa dengan keadaan itu. Bahkan ada gurauan, kalau tidak macet, itu bukan Jakarta. Bagi para pendatang, kemacetan di jalan raya, tentu saja melelahkan.

ITU sebabnya, kalau orang Jakarta mendapat kesempatan berlibur ke luar kota dan menemui kelengangan lalu lintas dan kenyamanan luar biasa di jalan tol, akan menggoda mereka untuk memacu mobil sekencang-kencangnya. Situasi jalan yang sepi, lapang, dan tanpa hambatan, membuat sang pengemudi sering lepas kontrol, melewati marka jalan yang seharusnya terlarang.

Ukuran dan kondisi jalan tol di negeri ini sudah lumayan baik dan akan semakin banyak jalan tol yang dibangun untuk menghubungkan kota-kota besar di Jawa. Akan tetapi, bila jalan tol kita dibandingkan dengan highway di Amerika Serikat, memang belum setingkat. Highway di Amerika, terasa amat lebar dan gratis. Jutaan mobil berkeliaran bebas biaya di seantero AS. Keadaan ini amat berbeda dengan di Jepang dan Indonesia yang terkenal mahal.

Konstruksi dan lebar jalan di AS, bisa memberi kesempatan jalan kepada empat sampai lima mobil berjajar dalam kecepatan 75 mil/jam (120 km/jam) tanpa rasa tegang. Meski banyak orang menganggap hal ini suatu kenyamanan, namun ada pula yang mengatakan, mengemudi mobil di highway juga berdampak jelek. Alasannya, di highway, umumnya mobil dipacu kencang dan tanpa variasi, membuat pengemudi mudah mengantuk sehingga bisa kehilangan kontrol.

Kepuasan berkendaraan
Agaknya, kepuasan berkendaraan tidak pernah berhenti sampai ke highway. Artinya, orang tidak pernah puas akan keadaan yang ada, sehingga terus dicari kenyamanan baru yang lebih memanjakan manusia.

Masyarakat di AS kurang senang dengan mobil-mobil kelas menengah yang menempati posisi yang tidak menguntungkan, karena kurang cocok dengan kondisi highway. Orang Jepang, Amerika Serikat atau negara maju lainnya, lebih suka mobil kelas di bawahnya atau di atasnya. Alasannya, di negeri itu hanya ada dua pilihan mobil. Kecil berbentuk sportif atau besar yang memberi kenyamanan.

Mobil-mobil sejenis Starlet dilengkapi mesin besar plus turbo yang bisa melesatkan mobil, bagaikan mau tinggal landas. Begitu pula mobil-mobil klas Corona, Lexus yang ukurannya lebih besar dari Corolla, menjadi pilihan utama keluarga.

Tuntutan atau minat akan mobil besar itu masuk akal, mengingat kuatnya isi kantung masyarakat sono dan bagusnya fasilitas untuk mobil yang ada. Jalan yang luas dan tempat parkir yang luas, tidak menimbulkan masalah bagi mobil besar. Mereka yakin, kenyamanan yang menjanjikan, menjadi pilihan pembeli dan itu hanya bisa diperoleh pada mobil-mobil berpostur besar.

Setelah capek menikmati kenyamanan mobil besar dan fasilitas highway, kini mulai diciptakan mobil pintar, yaitu mobil yang bisa membuat penumpang dan sopirnya istirahat setelah masuk highway. Sopir cukup menset komputer yang ada pada panel dasbor, kecepatan yang diinginkan, jarak dengan kendaraan di depan dan sebagainya, lalu mobil disuruh berjalan sendiri.

Mulai dari mimpi
Sekitar 30 tahun lalu, majalah Scall yang dibagi gratis oleh Kedubes Jerman (Barat) menyajikan artikel menarik mengenai ramalan dunia teknologi. Saat itu dikatakan, suatu saat, mobil akan memadati jalan raya. Karena itu, perlu dicari alternatif lain agar bisa lebih tertib. Mungkin bangsa Aria beranggapan, segala sesuatu harus tunduk pada kemauan teknologi. Ilmuwan Jerman meramalkan, suatu saat mobil bisa berjalan di jalan umum, sekaligus akan mampu dialihkan untuk berjalan di atas rel pada rute tertentu.

Akhirnya, beberapa negara menggunakan cara ini. Australia, menggunakan mobil rel untuk kota Adelaide dan sekitarnya. Tampaknya, teknologi ini kurang disenangi negara yang mengagungkan demokrasi, Amerika Serikat. Mereka berpendapat, mobil harus merdeka sekaligus menyenangkan pemiliknya. Jadilah teknologi yang dicetuskan Jerman 30 tahun lalu itu tidak populer, berganti menjadi AHS-nya General Motor (Automated Highway System) dan PATH (Partnes for Advanded Transit and Highway) dari Pemerintah AS.

Sebelumnya, produsen mobil terkemuka dari Jepang (Toyota Honda) dan AS seperti GM dan Ford, terlibat perdebatan sengit tentang standar mobil dalam kaitan dengan sistem highway pada masing-masing negeri. Agaknya, AS yang di tahun 1996 melahap 15,2 juta unit mobil tidak mau ambil pusing dengan kepentingan negeri lain. Pajak yang dihasilkan dari besarnya populasi kendaraan bermotor di AS, membuat mereka mampu berjalan sendiri dengan sistem highway-nya. Bahkan, tidak mustahil mobil dari negeri lain yang tidak dilengkapi sistem yang dipakai di AS, tidak boleh masuk AS. Maka, yang diuntungkan adalah industri mobil di AS. Selain itu, kalau menunggu, kapan negeri lain mampu membangun sarana jalan seperti di AS? Kapan pula rakyat AS merasakan kenyamanan berkendaraan roda empat?

Hambatan
Tampaknya, kini kemampuan manusia menciptakan penggerak mobil di
luar mesin motor bakar (bensin dan solar) mengalami hambatan besar. Tenaga matahari, gas, dan energi listrik, tidak menjanjikan kemudahan. Jepang, khususnya Toyota, terus sibuk menyempurnakan mesin hibrida yang bersumber pada mesin bensin 1.500 cc dilengkapi pengatur katup yang pintar VVT-i (variable Valve Timing-Intelligent). Artinya, Jepang tetap menganggap saat ini sistem itulah yang terbaik. Untuk Amerika mungkin lain lagi pemikirannya. Yang penting, kenyamanan. Lantas, bagaimana dengan kita? Apakah kita cukup sebagai penonton saja?

Mobil masa depan yang memanjakan manusia, akan segera menjadi kenyataan. Menurut rencana, tahun 1998 akan diuji coba di jalan highway 15 antara Los Angeles dan San Diego. Dikatakan, proyek ini untuk mengantisipasi tahun 2002. Automated Highway System (AHS) akan dimulai dengan uji coba sebuah Buick LeSabre dengan mesin bentuk V dengan isi silinder 3.800 cc. Teknologi yang oleh General Motor (GM) diistilahkan hands-free menggunakan cara kemajuan elektronik, seperti sejumlah sensor, actuator, radar yang semua dikelola oleh sebuah komputer yang ditempatkan di bagasi mobil dan monitor serta semacam keyboard yang ditempatkan di depan pengemudi.

Dapat dibayangkan, mobil bisa diset untuk kecepatannya 75 mil/jam dan kemudi dilepas. Keselamatan penumpang, diserahkan kepada seperangkat teknologi canggih. Bagaimana kalau ada yang iseng mengirimkan sinyal yang berbeda. Apakah hal ini tidak mengakibatkan kecelakaan yang fatal?

Mungkin, suatu saat orang akan terbiasa. Namun pada mulanya cukup mengundang kekawatiran. Meski demikian, prinsip kerja mobil pintar ini tetap mematuhi kehendak pengemudinya. Pengemudi tetap bebas memilih pengoperasian mobil itu, secara otomatik atau manual. jarak antara mobil dan tingkat kecepatan mobil atau ingin belok ke luar dari sistem highway bisa dilakukan pengemudi secara manual.

Keselamatan jiwa manusia memang amat diutamakan. Proyek yang pada tahap awal menghabiskan dana 200 juta dollar AS ini dilaksanakan berkat kerja sama pemerintah dan pihak swasta, khususnya dengan GM. Proyek yang sepintas sederhana ini, menggunakan teknologi maju dan padat modal. Berapa panjang highway seluruh AS yang harus dilengkapi sistem pantulan magnetis agar mobil bisa tetap pada jalurnya? Berapa kali setahun harus dibersihkan, agar singalnya tetap kuat?

Mercy 500
Sebagian kecil masyarakat berduit di negeri ini memiliki Mercy 500 yang amat nyaman dan dilengkapi pengatur kecepatan otomatis, sistem tempat duduk dan sandaran kepala yang diatur secara elektris, pintu - yang kalau kurang rapat menutupnya akan nyeklek sendiri - ini memang mempunyai kestabilan yang tinggi. Mobil super nyaman ini juga dilengkapi berbagai macam alat pengaman seperti ABS, kantong udara dan sebagainya.

Berbagai kelengkapan ini menjadikan Mercy 500, 5000 cc V 6, kalau sudah diset pada kecepatan 70 mil/jam membuat cruise control tetap pada kecepatan itu. Sensor yang dipasangkan pada roda mobil akan memberi sinyal dan kemudian mengatur sistem injeksi bahan bakar yang secara otomatis akan mensuplai bahan bakar sesuai kecepatan mobil, baik saat mendaki maupun menurun.

Artinya, fungsi kaki kanan untuk menginjak pedal gas diambil alih komputer. Selanjutnya, karena mobil itu menggunakan transmisi otomatis, maka kaki kiri bebas tugas dan kaki kanan hanya digunakan untuk mengerem.

Sayang, fasilitas ini kurang bermanfaat di negeri ini, karena sebagian pengemudi di negeri ini, kalau memanfaatkan jalan tol masih menggunakan pola lama. Mengemudi mobil seenaknya, pindah jalur sesukanya, dan tidak taat pada batas kecepatan. Barangkali, kecepatan yang sudah diset pada Mercy 500 itu tidak memberi kenyamanan tetapi membuat stres bila dijalankan di sini.
(Martin Teiseran, pengamat otomotif)

Teksfoto: 2
Reuters
1. MOBIL HIBRIDA - Toyota Motor Corporation (TMC) Jepang, Selasa (14/10) lalu mengeluarkan mobil Hibrida, Toyota Prius, yang menggunakan tenaga bensin dan
listrik. Dalam kesempatan itu, Presiden TMC, Hiroshi Okuda, sekaligus
menyatakan pemasaran bagi Toyota Prius seharga 17.700 dollar AS. Mobil kecil
hibrida ini, disebut-sebut akrab lingkungan.


2. MOBIL PINTAR - Perusahaan mobil General Motors, awal Agustus lalu, menguji coba mobil pintar. Menggunakan teknologi Automated Highway System (AHS),
kedelapan mobil Buick LeSabre dengan mesin bentuk V itu masuk jakan bebas
hambatan 15 antara Lops Angeles dan San Diego. Mobil ini disebut-sebut
hands-free karena menggunakan kemajuan elektronik seperti sejumlah sensor,
actuator, radar dan sebagainya yang semuanya dikelola oleh komputer.

2 komentar:

www.snepel.blogspot.com mengatakan...

bagaimana gambar sistem pada lampu tanda belok beserta tujuan di beri nya lampu? tolong balas

Martin T Teiseran mengatakan...

Nah ini dia, untuk belok, yang pegang peran adalah lampu rem. Begitu di rem semua mobil berhenti dan bisa belok.

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix