12 November 2007

Masih Soal Oli Mesin

Suara Merdeka April 2004

Tanya: Bersama surat ini saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan. Kami memiliki sebuah minibus merk sebuah ATPM (Agen Tunggal Pememgang Merk) tahun 1990 dan sebuah minibus lain merk ATPM yang berbeda pada 1992. Karena membeli kedua mobil dalam keadaan 100% baru, maka kami juga memiliki buku pedoman kedua mobil tersebut.
Karena saya suka merawat mobil sebaik- baiknya, maka kedua buku saya pelajari sungguh- sungguh. Berikut beberapa pertanyaan saya.
1. Pada bagain jadwal penggantian oli mesin ada perbedaan pada keduanya. Satu minibus menganjurkan tiap 5000 km atau 3 bulan mana yang lebih dulu terjadi. Sedangkan untuk lainnya tiap 2500 km tetapi tidak disebutkan berapa bulan. Apakah setiap ATPM berbeda batas waktu atau hanya kurang lengkap saja petunjuknya?

2. Pada bagian bahan bakar untuk minibus yang satu disebutkan harus memiliki bilangan oktan (RON) 95 atau lebih. Tetapi untuk yang lainnya disebutkan harus 90 atau lebih. Apakah hal itu berarti harus menggunakan bahan bakar premix? Juga masih bisa menggunakan bahan bakar premium, berapa derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) saat penyalaan yang tepat (standard 5 sebelum TMA)? Keduanya sampai saat ini sama menggunakan premium tetapi minibus satunya lebih sering ngelitik dibandingkan dengan lainnya. Bagaimana kalau sama- sama menggunakan premix ?

3. Agar mesin mobil- mobil tersebut dapat awet dengan biaya perawatan yang tidak berlebihan, sebaiknya oli yang mana yang sudah cukup menjamin keawetan mobil diantara: Mesran Super murniSAE 20W50, Mesran Super+ adetive, Mesran Prima? Perlu diketahui kami tidak pernah memacu mobil tersebut untuk perjalanan jarak jauh dengan kecepatan tinggi.

4. Pada petunjuk temperatur mesin ada perbedaan diantara keduan­ya. Satunya dalam operasional normal + AC rata- rata menunjukan 1/3 dari skala maksimum, minibus yang lainnya rata- rata menunju­kan 1/2. Apakah hal itu hanya karena perbedaan skala atau memang suhu kerja kedua mobil berbeda? Anna Semarang.

Jawab.
1. Memang masih ada kesimpang siuran tentang kapan harus ganti oli mesin. Ada ATPM mengatakan mengganti oli setiap 5000 km, sedangkan ATPM lainnya 2.500 km. Masing- masing mungkin punya alasan sendiri. Bengkel- bengkel umumnya menyuruh ganti pada 2500 km, karena semakin sering "lebih baik" dan aman. Walaupun sebagian bengkel menyuruh mengganti oli setiap 5000 km. Sering kali kartu pemberitahuan yang ditempelkan, atau tergantung di ruang sopir, perintah kapan mobil harus kembali mengganti oli mesin membuat risau yang punya mobil. Belum lama mengganti oli, sekarang harus mengganti oli lagi. Kalau Anda setiap hari pulang pergi Semarang Yogya, mungkin spido meter setiap hari bertambah 300 km. Berarti hanya dalam waktu kurang dari 10 hari sudah harus kembali ke bengkel untuk mengganti oli, bila disuruh kembali setiap 3000 km. Merepotkan dan mengganggu pekerjaan dan biaya. Sedang­kan sesungguhnya oli mesin Anda bisa digunakan sampai 5000 km. Di negara maju, Jepang dan Amerika umpamanya, oli mesin sudah dipakai sampai 10 000 km. Hal ini sangat dimungkinakan karena kwalitas oli saat ini sudah semaikin baik. Kalau Anda membaca pada label di kemasan oli maka tinggkatan oli saat ini sudah sampai tingkatan SH (untuk mobil bensin). Tingkatan oli yang mula- mula hanya SB pada tahun enam puluhan.

Oli yang berkembangka dari SA ke SB lalu ke SC dan seterusnya sampai SH dan SM, ini menandakan mutu pengelolaan yang semakin maju. Ditamabah kemudian dengan mutu baja dan mutu pengejaan mesin mobil juga saat ini sangat maju, maka seharusnya Anda mengganti oli setelah mobil menempuh 5000 km. Saran bagi Anda, agar memeriksa oli mesin setiap 500 sampai 1000 km. Kalau permu­kaan oli kurang cukup hanya ditambah saja. Anda tidak perlu menggunakan oli Prima, cukup Mesran Super dan boleh sampai 5000 km. (Kini beberapa merk sudah menyuruh mengganti oli setiap 10.000 km, untuk kualifikasi oli SH atau SM)

2. Ada hubungan antara bahan bakar, saat penyalaan (berapa dera­jat sebelum TMA) dan bunyi ngelitik. Mesin yang tenaganya paspa­san, mudah ngelitik walaupun saat penyalaannya sudah tepat. Minibus yang satu bisa menggunakan premiun karena oktannya meme­nuhi yang diminta. Setiap mobil yang menggunakan Premix pengapiannya harus dipercepat dari 5 derajat menjadi 10 derajat atau lebih tergantung kepastian angka RON. Seperti yang sering disin­yalir, beberapa tempat pengisian premium menjual premium dengan oktan yang rendah. Oktan yang rendah ini lalu menyebabkan pemba­karan menjadi tidak normal. Kalau angka oktannya melebih angka yang diminta bagi karaktrer mesin tersebut maka mesin tersebut mengalami kemerosotan tenaga dan saat pengalaan busi yang tidak tepat. Akibatnya menimbulkan bunyi ngelitik, seperti yang Anda maksud.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penyetelan ulang. Oktan rendah harus diantisipasi dengan mengubah pengapian mesin menjadi lambat. Semula 8 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas), menjadi 3 sampai 5 derajat sebelum TMA. Sebaliknya kalau Anda menggunakan Premix maka pengapian harus dipercepat, seringkali sampai 15 derajat sebelum TMA.

3. Oli mesran super sudah sangat baik untuk kedua kendaraan tersebut. Tidak dianjurkan untuk menambah adetive. Karena di dalam oli yang digunakan sudah mengandung detive yang dimaksud. Bahkan Anda harus hati menggunakan adetive, ada sebagian oli sistetis bisa berubag kinerjanya kalau dicapur adetive. Sejak tahun 1980, penulis sudah menggunakan oli Pertamina dan mengganti oli setiap 5000 km tanpa menambah adetive. Tanpa mengalami satu kalipun kesulitan pada mesin.

4. Angka pada jarum penunjuk beda hanya karena skalanya saja. Anda harus berhati- hati kalau salah satunya mendidih. Temperatur kerja keduanya sama antara 85 sampai 90 derajat Celsius. Untuk meyakinkan dan memeberikan rasa aman, Anda bisa membawa mobil ke bengkel dealer dan mintakan teknisi mengukur panas air dengan thermometer yang angkanya sampai 100 derajat Celsius

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix