13 November 2007

Sang Penyelamat

KOMPAS, Sabtu, 22-05-1999. Halaman: 31

SEAT BELT:

Hari masih pagi. Jalanan lengang, mendorong aku memacu mobil dalam kecepatan 110 km/jam. Tiba-tiba tampak, seekor kucing yang duduk memandang ke arah mobil dengan sorot mata bersinar karena lampu mobil. Pantulan sinar dari bola mata kucing itu membuatku secara refleks menginjak rem sekuat-kuatnya, meski mobil dalam kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Mobil berputar 440 derajat pada waktu yang begitu cepat, sambil mengeluarkan bunyi benturan. Yang ada hanya kepasrahan, atas kematian yang sedang menyongsong. Kengerian terbayang jelas, namun tidak lama kemudian mobil berhenti meski mesin masih hidup. Lebar jalan yang hanya sekitar delapan meter, membuat bodi mobil terbentur tiang listrik dan tiang beton di sisi jurang. Saat itu arloji menunjukkan pukul 03.30 pagi.

Dalam keadaan gemetar, aku turun dari mobil. Bagian kanan mobil mengalami kerusakan cukup parah, sedangkan bagian kiri utuh. Masyarakat yang kaget karena benturan keras, ke luar rumah ingin membantu."Nyowo balen,nyowo serep," kata mereka, karena di samping kiri dan kanan, terbentang jurang. Mereka lalu menganjurkan cepat pergi agar tidak banyak urusan.

Ketika kuamati tidak ada air yang menetes, artinya radiator tidak bocor, aku mencoba menghidupkan mesin, dan langsung kembali ke rumah. Mobil pulih kembali setelah mengeluarkan biaya Rp 5,5 juta. Dalam kecelakaan itu, aku tidak mengalami apa-apa. Tidak ada yang terluka, tidak ada yang patah. Lho? Aku merasa diselamatkan oleh sabuk pengaman alias seat belt, yang sudah biasa aku kenakan sejak tahun 1984. Sejak itu, seat belt terasa sudah seperti kebutuhan yang harus ada bila duduk di dalam mobil. Semua kita tahu, penyelamat utama ketika terjadi kecelakaan adalah seat belt, bukan air bag. Sayangnya tidak semua penumpang mau menggunakan seat belt.
***
Banyak pabrik mobil, kini memasang seat belt sebagai keperluan standar. Meski demikian, ada banyak mobil yang belum dilengkapi seat belt, bahkan lubang untuk mengancingkan baut seat belt pun tidak ada.Ironinya, banyak toko aksesori asal memasang seat belt. Sebuah sekrup dikancingkan pada pelat bodi. Padahal ketebalan bodi paling hanya satu mm. Bila terjadi kecelakaan, seat belt akan tercabut dari plat bodi, dan tubuh terbentur ke bagian-bagian mobil.

Meski demikian masih banyak orang yang malas dan meragukan"keampuhan" seat belt, tetapi jutaan orang selamat dalam kecelakaan karena menggunakan seat belt,
Apa saja yang perlu kamu ketahui tentang seat belt?
1.Biasakan menggunakan seat belt sesaat sebelum mobil bergerak, atau sebelum mesin dihidupkan.
2. Gunakan seat belt yang berkualitas. Bila mungkin gunakan seat belt yang dapat mengulur dan menarik secara otomatis. Ini bisa mengatasi keengganan Anda menggunakan seat belt.
3. Gesper seat belt murahan umumnya menggunakan plastik dan mudah patah. Ini berbahaya, karena pada saat kecelakaan, gesper patah dan tubuh kamu bisa terbentur-bentur bahkan terpelanting.
4. Bila memasang seat belt, jangan hanya membor plat bodi lalu dipasang sekrup. Mintalah kepada toko aksesori agar menggunakan sistem pemasangan mur dan baut. Ini mirip anting-anting yang terpasang pada lubang telinga, ada penahan di belakangnya.
5. Perhatikan titik temu (titik pengancing) jangan ada di pinggang apalagi di bagian perut. Kondisi seperti ini lebih mudah mencederai pinggang atau perut, bila terjadi kecelakaan. Pengancing seharusnya ada di samping kiri atau kanan jok.
6. Periksa, apakah seat belt masih bekerja bagus dan mampu menyentak. Cobalah saat mobil berjalan di jalan menurun dengan menarik tali seat belt, karena di saat-saat itu bandulan (klep penekan)bekerja.

Martin Teiseran

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix