31 Oktober 2007

Agar Sepatu Tidak Rusak

Femina
Tidak perempuan tidak pula laki laki, semua suka melirik ke kaki orang lain ketika sedang bercakap- cakap. Masih model atau ketinggalan zaman, mengkilap atau kusam juga bisa menjadi bahan komentar. Maka masuk akal harga sebuah sepatu bisa menjadi sangat mahal. Karena mahalnya itu, seorang rekan perempuan menanyakan bagaimana menjaga agar sepatunya tidak cepat rusak, khususnya ketika dipakai mengemudikan mobil. Sebagai wanita karier ia selalu mengemudikan mobil sendiri, oleh karena itu ia selalu menginjak rem dan menginjak kopling. Injak menginjak inilah yang akhirnya merusakan alas dari sepatunya. “Sepatu saya sering cepat rusak, atau patah pada bagian tengah khususnya sepatu kiri.” Ujarnya. Padahal sebagai yang dipakai selalu menggunakan sepatu bermerk dan berharga mahal pula.

Memang sepatu kiri tidak akan patah bila yang bersangkutan menggunakan mobil yang dilengkapi dengan transmisi otomatik, karena tidk ada pedal kopling. Akan tetapi sampai saat ini, mobil transmisi matik masih belum. Sebaliknya, masih banyak mobil yang mengunakan transmisi manual, dimana setiap perpindahan gigi transmisi harus menekan pedal kopling.
Berikut ini beberapa cara yang dapat mengurangi kecepatan kerusakan pada sepatu kaum perempuan. Cara yang paling aman dan kuno, yang banyak sudah dipraktekan adalah, melepaskan sepatu tersebut dan gunakan sandal sebagai pengganti. Hal inilah yang umumnya dilakukan oleh mereka yang suka menyetir sendiri.

Cara lain untuk menghindari kerusakan pada sepatu, adalah ketika duduk didepan kemudi dan sebelum mobil beranjak lakukan penyetelan kursi. Usahakan bisa duduk yang releks, dan stel tempat duduk. Kalau kebiasaan duduknya pengemudi senang jauh dari kemudi maka akibatnya, yang bersangkutan berkecenderungan menginjak kopling hanya menggunakan ujung dari sepatu. Karena menyinjak dengan ujung sepatu inilah yang bisa mematahkan sol sepatu. Oleh karena itu, cara yang aman, tariklah kursi lebih dekat ke pedal kopling dan coba menginjak pedal kopling. Usahakan agar mudah menekan menggunakan bagian agak ke tengah dari sepatu, bukan ujung sepatu.

Bila pengemudi memiliki kebiasaan mengemudi santai, artinya suka sandar jauh dari kemudi, maka sandarannya saja yang distel lebih miring, bukan jok tempat duduk yang distel jauh dari kemudi, tetapi sandarannya yang disetel jauh dari kemudi. Biarlah jarak antara pinggang, kaki ke pedal kopling lebih dekat. Dengan cara itu, pengemudi dipaksa untuk menginjak pedal kopling tidak menggunakan ujung sepatu.

Cara lain adalah minta kepada pihak bengkel untuk menyetel free ply kopling seminim mungkin dan ubah kebisaan Anda mengemudikan mobil. Kalau dulu suka menginjak pedal kopling sampai rapat maka sekarang sedikti saja sudah memindahkan transmisi. Cara ini memang tidak umum dan beresiko merusak plat kopling.

Yang lebih aman dan tidak mengubah kebiasaan pengemudi adalah, minta ke pihak bengkel untuk mengganti master kopling atau release kopling supaya injakan untuk pembebasan plat kopling tidak perlu keras- keras. Biasanya Master kopling akan diganti dengan master kopling yang diameter selindernya lebih kecil. Dengan cara ini pdal kopling menjadi lebih ringan dan terhindar dari rusaknya sepatu. (Master kopling yang lebih kecil harus lebih panjang, agar volume cairan yang dipindahkan lebih banyak dari master kopling yang lama, atau mengganti release kopling yang lebih kecil, terima kasih atas koreksi dari sdr Fernar)

4 komentar:

Fernar mengatakan...

Permisi boz.. Dalam artikel "Agar sepatu ridak rusak". Saya ingin memberi komentar ttg ukuran master rem. Makin besar luas penampang Piston(A) pada master, dengan tekanan(p) kecil yang diberikan pada piston akan menghasilkan gaya yang besar. Dengan rumus sederhana: F = p x A. Gaya terpusat (F) ini akan digunakan untuk memberi tekanan pada piston menekan kampas rem pada rem cakram. gaya yang diberikan oleh kaki kita pada saat mengijak pedal rem/kopling akan memberikan tekanan(p)pada piston yang akan menggerakannya dalam master. jadi hanya sedikit gaya pada pedal, gaya pada rem piston akan sangat besar menekan kampas pada cakram. jadi kurang tepat untuk mengurangi gaya pada pedal, dalam artikel ini adlh pedal kopling digantikan master kopling yang lebih kecil karena besar-kecilnya master akan mewakili luas penampang piston yang saya maksud diatas. kecuali kalo teknologi mobilnya sudah drive by wire, besar-kecil master tidak terpengaruh lagi terhadap gaya kaki di pedal. terimakasih. regards-Fernar

Martin T Teiseran mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya. Dulu di tahun 1980, ketika harga bensin kaget naik, saya mengganti mesin hartop bensin menjadi mesin solar. Masalah kalau injak kopling rasanya berat amat. Lalu saya ambil master dan release kopling punya Dyna, e e bisa ringan juga. Ternyata ukurannya lebih kecil tapi lebih panjang.

Fernar mengatakan...

terimakasih juga broo komentarnya.. menurut saya, pengalaman tsb sepertinya tidak bisa disama-ratakan pada setiap jenis mobil. saya yakin konstruksi master rem toyota dyna dirancang berbeda dari mobil pada umumnya, kemungkinan karena ruang mesin yang terbatas juga (mesin tengah). kalo dari pengalaman saya tetapi pada master rem, jeep cherokee tahun 90-91 (type 4000cc) dan starlet 92-93 (type SE limited-1300cc) juga sangat berat untuk menginjak pedal remnya dibanding generasi sesudahnya, tetapi sewaktu dilakukan penggantian master rem yang lebih besar diameternya dgn memakai generasi sesudahnya, pergerakan pedal jauh lebih enteng.

Martin T Teiseran mengatakan...

Anda benar sdr Fernar, master yang lebih besar untuk menekan release selinder yang kecil, membuat penekan, kaki menjadi tidak pegel-pegel. Terima kasih.

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix