19 Oktober 2007

Memperbaiki Body Penyot

Seorang teknisi terdidik melakukan pekerjaan perbaikan pintu mobil yang penyot (tekok) dengan teknik tanpa pemanasan, dimana pemanasan plat body akan merusak pelat.

Suara Merdeka Juli 2003
Akibat populasi kendaraan bermotor yang semakin banyak dan tidak seimbangannya pembangunan jalan raya maka, kini kemungkinan mobil mengalami kerusakan body akibat saling tabrak dan saling senggol semakin sering terjadi. Indikasinya, semakin banyak dibangun bengkel- bengkel ketok dan cat dimana- mana. Tempat- tempat perbaikan bodi ini, ada yang didukung modal besar ada yang tradisional. Sejalan dengan itu teknik pengecatan dan ketok bodypun mengalami kemajuan.

Dulu, banyak pendapat yang mengatakan bahwa semakin tua seorang tukang cat atau tukang ketok maka semakin bagus hasilnya. Ternyta sekarang situasi sudah berubah. Teknsi- teknisi muda yang di terdidik, berlajar secara sistematik, bisa menghasilkan kualitas pengecatan dan ketok yang sama kualitasnya bahkan, teknisi- teknisi terpelajar ini dengan menggunakan teknik dan alat yang lebih sesuai tidak mustahil menghasilkan hasil yang lebih baik. Anggapan bahwa cat dan kenteng merupakan milik dari orang yang berbakat dan berdarah seni tidak berlaku lagi.
Banyak kebiasaan lama yang salah kini malah dikoreksi oleh system dan teknologi baru. Sebagai contoh, dulu bila ada bagian bodi yang penyot maka pelat dibagian tersebut dipanas sampai merah, disiram air dingin dan kemudian akan diketok agar bentuknya pulih mendekati aslinya. Dengan cara ini diharapan ketika didempul, dempulnya tidak terlalu tebal. Permukaan pelat bodi memang pulih dan dopulannya tipis, akan tetapi pelat yang panas ternyata rusak dan akhirnya mudah menjadi karat

Dengan menggunakan teknologi maju, maka pelat tidak dipanasi lagi. Permukaan pelat yang penyot, oleh teknisi bodi dan cat, akan ditempeli cincing – cincing dan kemudian menarik bodi yang penyot tersebut menggunakan derek kecil. Untuk memperbaiki bagian yang rusak akibat tabrakan, kini teknisi lebih banyak menggunakan ketok dan tarik tanpa pemanasan. Hasilnya, selain kekuatan pelat tidak berubah permukaan catpun menjadi lebih cemerlang.
Kini, proses pengecatan membutuhkan ruangan khusus, yang dikenal dengan nama ofen. Bahan cat berkualitas tinggi, membutukan pula teknik dan pendukung yang baik. Pengecatan tidak bisa dilakukan diruangan terbuka, karena sisa- sisa cat akan kembali melekat pada permukaan yang dicat, yang mengakibatkan permukaan cat tidak bisa halus. Debu dan binatang kecil yang hinggap sulit dihilangkan karena cat cepat mengering. Oleh karena itu, pengecatan dilakukan diruangan (ofen) yang memiliki sirkulasi udara yang bagus. Udara yang disaring diisap dari luar akan kembali dikeluarkan lewat saluran lain. Sehingga terjadi perputaran udara. Kabut cat akan spontan terisap keluar sehingga tidak ada kesempatan menimpahi permukaan yang baru dicat.

Pembuatan cat juga sudah berbeda dari dulu. Dulu teknisi mencoba mencampur cat dengan menambah warna- warna lain untuk menyesuaikan dengan warna asli mobil. Sekarang tidak ada toko yang bisa menjual cat sesuai dengan warna mobil, kalaupun ada hanya untuk mobil- mobil 5 sampai 10 tahun yang lalu. Istilah cat bakar atau cat OEM, sudah jarang dipakai, karena prosesnya lebih sulit. Kalau ingin catnya bagus mobil harus dipanasi 150 sampai 200 derajat Celsius. Padahal panas setinggi itu akan melelehkan karet dan kabel- kabel. “Mobil- mobil baru, sekarang menggunakan cat urethane dan warna cat dibuat berdasarkan perintah komputer serta dicampur oleh mesin mixer color. Proses pengecatan hanya membutuhkan panas 80 derajat celsius” ujar Daya. S, dari Nasmoco Kaligawe.

Oleh karena itu, pastikan mobil Anda dicetok-cat di bengkel yang memenuhi persyaratan diatas. Bila tidak, bisa terjadi pekerjaan ulangan yang menjengkelkan, seperti struktur frame tidak standar, stir narik, plat bodi rusak cepat barat dan cat menjadi belang.

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix