25 Oktober 2007

COBALAH MENGGUNAKAN GAS

KOMPAS, Sabtu, 21-08-1999. Halaman: 33

BAHAN Bakar Minyak yang digunakan pada kendaraan bermotor, amat
berperan dalam mengotori udara. Apalagi, bila setelan mesin kurang
sempurna. Mengapa tidak mencoba bahan bakar gas?

Polusi yang mencemari udara kota-kota besar seperti Jakarta,
Medan, Surabaya, Semarang, dan sebagainya, selain disebabkan oleh
setelan mesin yang kurang pas, juga disebabkan oleh bahan bakar
minyak (BBM). Apalagi di Indonesia, belum ada ketentuan yang
menetapkan agar seluruh kendaraan bermotor menggunakan BBM tidak
mengandung timah hitam (unleaded fuel), dan oktannya tidak seragam.

Bahan bakar Premix misalnya, sering disebut-sebut memiliki oktan
tinggi dan kandungan timah hitamnya rendah. Namun kenyataannya,
banyak orang mengeluh, meski menggunakan Premix, mesin mobil masih
mengelitik, tidak memberi kepuasan pemakainya. Sedangkan premium yang
oktannya lebih rendah dari Premix, dulu sering dikeluhkan karena
dicampur minyak tanah.

Keadaan itu semua, selain membuat boros pemakaian BBM, juga
mempercepat polusi udara. Padahal, bila kita tetap boros BBM,
diperkirakan selepas tahun 2010, kemungkinan besar Indonesia harus
impor BBM. Ancaman ini bakal terjadi bila pola konsumsi BBM kita
terus menerus boros. Pemborosan juga bisa dikaji dari besarnya
konsumsi energi per unit Produk Domestik Kotor (GDP).

Atas dasar keadaan ini, kepada kita sering disarankan untuk
menggunakan energi alternatif. Satu-satunya energi pengganti BBM yang
sering disebut-sebut adalah penggunaan bahan bakar gas (BBG). Bahkan,
selama ini disebut-sebut, cadangan gas bumi kita lebih besar dari
cadangan minyak. Bahkan, begitu melimpahnya BBG, sebagian dibakar
begitu saja, tidak termanfaatkan dengan baik.

Cadangan gas alam ini dihasilkan dari ladang-ladang yang ada di
Jawa, Sulawesi, dan Irian. Di seluruh Indonesia, diperkirakan
terdapat 8,4 trilyun kaki kubik cadangan gas alam, tersebar di Jawa,
5,2 trilyun, Sumatera 1,5 trilyun, dan sisanya di Kalimantan.
Keuntungan lain dari gas alam, selain murah harganya (hanya Rp
450 per liter. Bandingkan dengan Solar-Rp 550; Premium-Rp 1.000;
Premix-Rp 1.400), juga tidak menimbulkan polusi bila digunakan untuk
dunia otomotif maupun rumah tangga, dan tidak merusak lingkungan.

Perbandingan polusi yang dihasilkan bensin, solar, Liquified
Petroleum Gas (LPG) dan BBG bisa dilihat pada tabel.
Selama ini BBG dikenal tidak menyisakan debu, sedangkan bensin
atau solar meninggalkan residu. Ini berarti, BBG mampu membuat
pembakaran sempurna, benturan mesin rendah, daya tahan oli bisa tiga
kali lipat karena mesin tidak harus bekerja ekstra keras, ring piston
awet, tidak menimbulkan knocking (ngelithik), busi tidak cepat kotor,
dan umur mesin bisa lebih awet.

Salah satu kendala pemasyarakatan pemakaian BBG adalah, keraguan
akan sistem keamanannya, takut meledak, lebih-lebih bila terjadi
kebocoran. Padahal, BBG yang dipakai untuk kendaraan, sama dengan
yang digunakan untuk keperluan dapur, dan berbeda dengan LPG. BBG
berasal dari gas alam yang keluar dari perut bumi, setelah melalui
proses "pemilahan" dari air, mineral dan sebagainya, lalu diambil gas
methan-nya.
Hasil inilah yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan, dapur
dan industri. Dengan demikian, bila terjadi kebocoran, gas akan
hilang di udara terbuka. Sedangkan LPG, merupakan hasil penyulingan
minyak, sehingga tingkat kepekaannya terhadap api makin besar.

Selain itu, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) belum
begitu banyak, hanya ada di beberapa tempat, sehingga agak
menyulitkan pemakainya. Sejauh ini baru ada 26 SPBG, Jakarta (18),
Surabaya (4), Medan (2), dan Palembang (2).

Namun, dalam waktu dekat Pertamina sudah merancang untuk menambah
sejumlah SPBG dan mengurangi SPBU. Paling tidak akan beroperasi tiga
SPBG baru yaitu Cirebon (2) dan Cikampek (1).

Tabung penyimpan gas juga masih menjadi persoalan. Bila tangki
yang bila diisi cairan mampu menampung 75 liter, maka tabung gas cuma
bisa menyimpan 200 bar atau setara dengan 17 liter premium. Bila
dipasang pada Kijang, lalu dijalankan dalam kota dan AC hidup terus,
ia bisa mencapai 120 km. Bila "disetujui", salah satu jok belakang
bisa dikorbankan untuk menambah lebih dari satu tabung BBG.

Bagaimana gas bisa ditampung di mobil? Prinsip kerja yang
digunakan adalah menggunakan perubahan tekanan. BBG yang ada di
tangki induk di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), disalurkan
lewat kompresor, diterima tabung-tabung bertekanan tinggi antara 200-
300 bar (2.900-4350 psig), lalu disalurkan lewat dispenser setelah
tekanan diturunkan menjadi 200 bar. Dengan cara ini, pengisian BBG ke
mobil di SPBG hanya memerlukan waktu 3-6 menit.

Untuk bisa menggunakan BBG, sebuah mobil memerlukan alat tambahan
(conversion kit), dan tabung. Untuk memasang alat ini berikut tabung
dan "saklar" otomatis, diperlukan biaya 750 dollar AS. Bila satu
dollar AS = Rp 8.000, maka diperlukan dana sekitar Rp 6 juta. Biaya
itu termasuk garansi enam bulan. Pemasangan untuk Kijang di PT
Sugiron Citra Teknologi, hanya diperlukan dua jam.

Kini, kita bisa membuat kalkulasi sendiri. Bila setiap bulan
mobil menghabis-kan 200 liter premium, atau sama dengan Rp 200.000,
maka bila menggunakan BBG hanya keluar biaya Rp 90.000.
Selain keuntungan ekonomis, mesin yang menggunakan BBG tentu
lebih awet, karena tempat penyimpanan gas tertutup rapat, tidak
memungkinkan masuknya air atau debu.

Sekali lagi, persoalan belum populernya BBG lebih karena kurang
dikenalkan ke masyarakat. Masyarakat sendiri masih mengira, BBG tidak
aman. Padahal, kenyataannya tidak demikian. BBG tidak sebahaya yang
dibayangkan. Negeri maju seperti AS, sudah lama menggunakan BBG, dan
belum pernah terdengar ada kecelakaan karena tabung BBG meledak.
(Martin Teiseran, ahli mekanik/ Tonny D Widiastono)

Tabel
=================================================================
Perbandingan polusi yang dihasilkan
bensin, solar, LPG dan BBG
-----------------------------------------------------------------
Polutan karbon nitrogen hidro butiran
monoksida(CO) (NOx) karbon (HC) debu

Bensin 100 100 100 100
Solar 45 360 50 5.700
LPG 70 100 200 80
BBG 65 90 180 80
=================================================================

Foto:
Hasanuddin

Pengisian gas ke dalam mobil, dilakukan dengan prinsip perubahan
tekanan. Gas yang ada di tangki induk di SPBG, disalurkan lewat
kompresor, lalu disalurkan lewat dispenser masuk ke mesin. Untuk
pengisian hanya diperlukan waktu 3 - 6 menit.


Halaman 9

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix