Belum lama berselang saya mengemudikan sebuah kijang tahun 1981 dari Magelang ke
memeliharanya. Kata orang-orang yang terlibat menggunakan fasilitas mobil ini mengatakan, ini sih sudah umum terjadi pada mobil kantor yang dipakai banyak orang.
Sejak berangkat mesin mobil sudah pincang. Kalau gas kecil cenderung mau mati. Pedal gas ditekan, maksudnya untuk menambah kecepatan, mobil malah tersentak-sentak dan timbul bunyi letusan pada knalpot. Gejalanya, seperti mobil sehat yang pedal gasnya di sentak-sentak. Jelaslah bahwa mobil tidak mau lari, kecepatannya hanya sekitar 20 km/jam. Injak pedal gaspun harus hati-hati, kalau tidak, mesin mati.
Upaya memperbaiki dilaksanakan. Mencari apakah bensin atau pengapian kurang beres. Filter bensin bersih dan persedian bensin masih cukup. Pengapian cukup baik. Karena loncatan api dari kabel koil yang didekatkan ke bodi mobil masih cukup kuat saat mesin Mesin hidup (terus dalam kondisi pincang) kabel busi satu persatu dilepas dan pasang kembali. Kalau saat melepas mesin mau mati maka kondisinya pembakaran dalam selinder baik. Umumnya kalau satu persatu dilepaskan mesin tidak sampai mati. Namun pada mobil ini salah satu kabel busi dilepaskan mesin langsung mati.Karena mobil tua maka bagian demi bagian yang mudah dilepaskan dilihat, apakah kondisinya sudah rusak. Permukaan platina ternyata masih bagus. Tutup delko (distributor) terminalnya sudah aus, maka dipinjamkan dari mobil lain, juga rotor didalam distributor. Hasilnya mesin tetap pincang. Busi-busi juga berwarna kelabu, menandakan pembakaran tidak mengandung oli atau ring piston masih cukup baik.
Mencari penyebab mesin pincang ini baru menemukan titik terang setelah mobil diperiksa di bengkel. Satu persatu tekanan kompresi diperiksa. Hasilnya selinder 1, 2, 3, 4, tekanan kompresinya masing-masing 7, 5, 7, 3 kg/cm2. Angkah ini jauh dari angka normal dan diluar toleransi. Tekanan kompresi yang baik sampai 11,5 kg/cm2 dengan tekanan minimum 8,5 kg/cm2. Untuk memastikan apakah penyebabnya ring piston yang aus atau klep rusak maka diadakan pengukuran ulang kompresi dengan menambahkan oli pada setiap sylinder. Hasilnya sama saja, maka kesimpulan sementara adalah kerusakan ada pada system klep. Setelah dibongkar ternyata 2 buah klep terbakar bahkan yang satunya sudah sempal. Inilah
yang menyebabkan tekanan kompresi dari mesin rendah.
Membongkar sylinder head (kop mesin), bagi seorang montir merupakan pekerjaan ringan, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk membongkar sendiri. Lepaskan bagian mesin yang melekat pada kop mesin, seperti karburator, knalpot, tutup saringan udara dan lain-lain. Amati dengan sungguh-sungguh bagian demi bagian supaya memasang kembali tidak keliru. Klep yang rusak diganti dengan yang baru kemudian permukaannya diasah (skur) terhadap kop mesin sampai bersih dan halus. Berikan sedikit pasta gerinda pada permukaan yang akan diasah. Cara mengasah sebagai berikut. Belikan karet skur klep. Kalau kerusakannya berat maka dapat menggunakan slang dipasangkan pada ujung klep. Ini memang lebih mudah tetapi hasilnya tidak sebaik menggunakan karet skur klep. Karena dengan keret skur klep, klep diketuk-ketukan pada kop mesin sehingga permukaannya lebih halus. Pengetesan untuk mengetahui apakah klep sudah rapat, sebelum dirakit kembali, berikan sedikit bensin. Kalau tidak berkurang itu menandakan hasil skur klepnya bagus.
Mengancingkan kembali kop mesin harus menggunakan kunci momen sehingga ukuran kekencangan semua baut sama. Pengancingan juga harus dari tengah ke sisi luar. Setelah memperbaiki system klep pasti pincang itu akan hilang.
Penyebab sampai klep terbakar biasanya hanya karena stelan klep terlalu rapat, sehingga suhu panas saat pengapian bocor. Hal ini bisa disebabkan oleh permintaan pemilik mobil bisa juga karena montir yang keliru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar