Apapun yang mau disebut, saudara sekandung Kijang karena memakai inisial Toyota, blasteran sebab lahir hasil perkawinan Daihatsu dan Toyota, atau dikatakan sebapak lain ibu, karena Avanza dibuat dipabrik Daihatsu, bukan pabrik Daihatsu- Toyota, tak menjadi soal. Kecuali satu, keraguan atas kualitas Daihatsu yang selama ini dicap sebagai second class dari Toyota. Bagi konsumen Avanza dalam banyak hal fasilitas maupun kemampuan tekniknya tak kalah dari Kijang untuk tidak mengatakan bahwa dalam beberapa hal Avanza unggul terhadap Kijang. Dengan demikian, hal ini tentunya bisa mengganggu “kemapanan” Kijang. Dan mungkin inilah mobil idaman kita semua sesuai kuatnya isi kantong karena harganya dibawa Rp 100 juta.
Mesin Kijang dan Avanza
Bila dilihat dari kekuatan mesin maka, mesin Avanza 2 PS lebih besar dari mesin Kijang 7K EFI. Meski ukuran mesin tak akan terlalu menyita perhatian pembeli, akan tetapi bila membandingkan dengan besarnya CC (isi selinder) 1800 CC untuk 7K dan 1300 CC Avanza, maka angka 500 CC mengundang pertanyaan lebih lanjut. Mengapa mesin seukuran ¾ ukuran mesin Kijang EFI 1800 cc tenaga lebih besar 2 PS. Jawabannya adalah, teknologi mesin yang digunakan pada Avanza adalah mesin baru. Dengan berat kosong 1095 kg, atau 255 kg lebih ringan dari Kijang dan disuport pula oleh tenaga 86 ps membuat Avanza melesat lebih cepat dan ekonomis.
Mesin seri K (digunakan sejak Corolla pertama pada tahun enampuluhan) harus diakui merupakan mesin yang bandel awet dan mudah perawatannya. Mesin ini bisa jadi menjadi seri mesin yang paling lama digunakan. Sejak pertama digunakan sampai sekarang, tak banyak mengalami perubahan rekayasa teknologi, kecuali besarnya dari 999 CC ditingkatkan sampai kini 1800 CC. Walaupun sejak tahun 2000 telah dilengkapi dengan EFI, efisensi mesin tidak signifikan, karena mesin yang memiliki karakter RPM rendah dan sistem klep OHV itu (Over Head Valve), ternyata hanya mampu menaikan 4 pk menjadi 84 ps dari karburator ke EFI. Kendati demikian, mobil yang populasinya mendominasi bumi negeri ini menjadi mobil bermesin yang paling disenangi karena persedian suku cadangnya murah dan mudah diperoleh. Situasi ini mengingatkan kita pada suku cadang Fiat dan Jeep Wilys yang hingga kini mudah diperoleh di pasar.
Sebaliknya mesin Avanza merupaka mesin generasi baru yang boleh dibilang dua level diatas mesin seri K yang digunakan pada Kijang sejak lahir tahun 1976. Sistem EFI dan DOHC berkareakter RPM tinggi sangat mendukung peningkatan tenaga mesin lewat rekayasa teknologi. Kendati memiliki mesin terbilang kecil, 1300 CC, dalam kenyataannya mesin model ini bisa menghasilkan tenaga 86 ps Hal ini membuktikan, bahwa rekayasa mesin yang ditujukan pada sistem pamasukan bahan bakar Twin Cam, Multi Valva, maupun sistem pengapian yang dikendalikan oleh komputer sangat efisen. Mesin- mesin generasi baru yang tampaknaya berpostur kecil akan tetapi tenaga besar mengesankan hemat bahan bakar dan ramah terhadap lingkungan hidup. Kijang EFI yang bertenologi mesin OHV berada 2 level dibawa Avanza. Urutannya sebagai berikut, OHV (over head valve) Kijang 1800 EFI, SOHC (Single Over Head Cam Shaft) dan DOHC (Double Over Head Cam Shaft) bagi Avanza.
Tabel berikut menunjukan betapa pengaruh teknologi pada tenaga mesin. Sebuah Kijang dengan teknologi OHV memiliki kapasitas selinder 1800 cc bila dibandingkan dengan Espass 1600 cc bertenologi SOHC, tenaga Kijang lebih besar hanya 2 ps atau 2,4 %. Kendati isi selindernya lebih besar 200 cc atau 12,5 %. Seterusnya bila dibadingkan dengan Corolla Altis yang bertenologi DOHC, EFI dan VVTi. Keduanya sama- sama berkapasitas selinder 1800 cc akan tetapi ternyata Corolla Altis memiliki tenaga 75 % lebih besar dari mesin seri K EFI yang selama ini digunakan oleh Kijang.
Konstruksi
Telah terjadi perobahan yang mendasar pada konstruksi bodi “adik” Kijang. Konstruksi monokok bisa jadi untuk melapangkan jalan bagi Kijang baru yang mungkin akan berteknologi monokok. Bila dilihat sepintas maka tampaknya, sisi luar tampilan Avanza menyerupai gabungan antara Taruna Kijang dan Zebra. Depan tampangnya Taruna, tengah Kijang dan belakang Zebra. Entah benar atau tidak inilah keturunan pertama hasil perkawinana Toyota dan Daihatsu. Apa boleh buat, Kijang yang selama ini sudah terkenal menyatu dengan mayoritas konsumen Indonesia secara perlahan, kini digiring masuk ke belantara yang lebih luas.
Proyek Avanza Toyota (Jepang) mengesankan tak mau ada model yang hanya jago dikandang sendiri seperti Kijang, yang tidak bisa dipasarkan ke seluruh dunia. Kebijakan ini merupakan penjabaran kebijaksanaan Toyota yang berambisi memperkuat posisi disemua lini untuk menuju puncak sebagai produsen mobil nomer satu dunia. Terbukti dengan prestasinya pada tahun 2003, dimana produksi Toyota 6 juta ditambah 500.000 unit dari Daihatsu.
Kendati Kijang mendapat saingan berat dari adiknya, tetap Kijang memiliki keunggulan tersendiri. Sebagai mobil yang menggunakan chassis maka Kijang terkenal bandel dan awet untuk pekerjaan berat. Hal ini sesuai desain dasarnya berupa truk mini, kokoh untuk kerja berat. Selain itu keunggulan mobil menggunakan chasis adalah kenyamanan. Karena ruang penumpang tidak langsung berhubungan dengan roda maka Kijang lebih senyap dan nyaman tidak berisik akibat gesekan ban dengan jalan. Sebaliknya Avanza menggunakan body monokok, menyerupai konstruksi sedan- sedan dengan menggerak roda belakang yang kemungkinan lebih berisik akibat gesekan ban terhadap aspal, dampak resonansi langsung. Kondisi ini merupakan rejeki bagi toko aksesoris, karena banyak mobil yang akan datang untuk minta ditambahkan peredam suara pada panel- panel pintu dan engine hod.
Dalam beberapa hal Avanza memiliki beberapa kekurangan. Kelemahan nampak pada pelat bodi yang tidak diberi penyangga secukupnya. Bila Anda sudah duduk dan ingin menggerakan power window maka nampak ada gerakan pada dudukan kontak power window. Hal ini disebabkan oleh penyangga, penguat yang tidak cukup pada bagian dalam dari pintu tersebut. Akibat kurangnya penyangga atau kurang kokohnya penyangga maka ketika pintu ditutup maka tampak pelatnya seperti gelombang air laut. Ketika menutup pintu belakang (walaupun tidak sering pintu ini dibuka tutup) terdengar bunyi kaleng. Kesan saya bukan karena pelatnya tipis akan tetapi lebih disebabkan oleh penyangga dibagian dalam yang kurang kokoh.
Kapasitas penumpang
Walaupun jarak antara bumper belakang ke bumper depan Avanza lebih pendek 450 mm dari Kijang long chasis dan 200 mm dari Kijang short, tapi Avanza mampu menngangkut 7 penumpang, duduk menghadap kedepan seperti Kijang LSX. Hal ini dimungkinkan oleh karena ruang mesin Avanza lebih pendek dan jarak sumbu roda Avanza lebih panjang 5 mm dibandingkan Kijang long serta 255 mm lebih panjang dari Kijang short. Akibatnya dari sisi kenyamanan penumpang, Avanza longgar termasuk yang duduk di jok paling belakang. Kemudian dengan adanya teknologi monokok maka lantai bisa lebih miring sehingga kaki penumpang bisa lebih nyaman.
Menyaingi City Car
Apa sih artinya City car bagi pemilik mobil dinegeri ini. Tak banyak yang peduli dengan efesensi dan macetnya lalu lintas, besar atau kecil tidak menjadi pertimbangan. Banyaknya mobil sejenis Kijang yang mestinya berpenumpang 7 orang hanya dimuati satu atau 2 penumpang tanpa peduli irit atau borosnya sebuah mobil. Sebaliknya mobil- mobil kecil, yang kecil pula mesin kurang bertenaga, tidak disukai karena tak kuat mengangkat kompresor AC. Dan kehadiran Avanza akan menjadi pilihan untuk mengisi segmen “city car” yang sesuai keinginan masyarakat kita, yaitu City Car yang multi guna.
Dari sisi harga dimana harga Avanza dibawa Rp 100 juta bisa menjadi saingan utama city car, akan tetapi dari sisi kapasitas 7 penumpang kehadirannya menjadi saingan dari Kijang sendiri. Mayoritas pemakai mobil dinegeri ini adalah mereka yang hanya memiliki mobil 1 unit. Oleh karena itu mobil yang dicari adalah mobil multi guna, bisa dipakai sendiri atau sekeluarga. Inilah cela yang dibidik Toyota.
Selain City Car maka segmen mobil bekas pasti mendapat dampak negatif dari tampilnya Alvanza dan Xenia. Semisal, Kijang LSX 1800 EFI keluaran tahun 2001, yang sekarang berharga Rp 115 jutanan spontan bisa turun harganya. Pembeli pasti cenderung memilih yang baru yang nota bene memiliki keunggulan yang menggoda.
Bila nantinya, setelah diuji di pasar pemakaian bakan bahar Avanza dan Xenia irit dibandingkan dengan Kijang dan berbagai merk City Car, bukan mustahil kepeloporan Kijang akan diambil alih oleh Avanza. Bagi yang ragu terhadap kualitas pendatang baru ini tentunya perlu mempertimbangkan ungkapan “ono rego ono rupa” Ada harga ada bentuk, maksudnya dengan sedikit uang jangan mengharapkan keunggulan berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar