02 September 2007

ANTARA TEKNOLOGI DAPUR DAN DUNIA MOBIL

KOMPAS, Kamis, 30-10-1997.

SEORANG ibu rumah tangga pernah berucap: Sepertinya kemajuan teknologi otomotif seiring dengan perubahan yang terjadi pada peralatan memasak di dapur. Dari kayu api ke kompor minyak tanah, setelah itu dari kompor gas ke kompor listrik. Sebentar lagi bahkan terbiasa dengan kompor microwave.Apa yang dikatakan oleh sang ibu itu bisa jadi benar. Perkembangan 'teknologi dapur' ada korelasi dan analoginya pada dunia otomotif. Pertama kali mesin penggerak memang dikenal dengan penggerak tenaga uap, artinya menggunakan tekanan uap dari pemanasan air. Samalah seperti teko air panas yang menghasilkan tekanan yang mampu membuka tutup teko. Atau, kalau diingat zaman kereta api, penarik gerbongnya adalah kereta uap berupa lokomotif 'kelutuk' berwarna hitam...

Setelah itu, manusia diperkenalkan dengan penggunaan minyak bumi, serta sekarang ini bensin. Belakangan, masih ada lagi berbagai eksperimen untuk mencari energi alternatif seperti hidrogen. Dunia memang sedang berlomba dengan kepunahan persediaan minyak bumi. Para ahli sedang berlomba menyongsong lonceng berakhirnya masa jaya minyak bumi, diperkirakan tahun 2040 nanti. Strategi penjualan pun dipengaruhi oleh kemajuan teknologi tersebut. Di masa depan, bahkan sudah menggejala saat ini, ada indikasi bahwa lakunya sebuah mobil akan sangat bergantung pada tingginya teknologi yang diterapkan sehingga mobil menghasilkan mesin yang hemat, namun tetap bertenaga besar. Sekaligus, mesin harus ramah lingkungan, dan kenyamanan berkendara pun maksimal. Sementara ini, para ahli belum menemukan energi alternatif yang mumpuni. Artinya, belum ada energi alternatif yang bisa menggantikan sumber tenaga minyak bumi. Percobaan-percobaan untuk mendapatkan tenaga dari air, matahari, gas bumi dan energi listrik belum memberikan jawaban yang memuaskan.

Teknologi pemakaran hidrogen dan oksigen (teknologi fuel cell), yang mengubah hidrogen dan oksigen menjadi tenaga listrik seperti aki, masih dalam taraf percobaan. Walaupun penelitian fuel cell ini dikembangkan besar-besaran di AS, misalnya oleh General Motor, Chrysler dan Ford, atau di Eropa oleh Daimler Benz, namun toh sampai saat ini masih dalam taraf penelitian. Produk dengan teknologi tersebut belum dijual luas di masyarakat. Matahari sebagai sumber energi alternatif yang lain, masih sangat kecil menghasilkan arus listrik. Belum lagi selempeng sel matahari (solar cell) selebar atap mobil, baru bisa untuk menghidupkan perangkat televisi, atau perangkat audio yang ringan ketimbang menggerakkan mobil yang seberat satu ton. Gas bumi, sementara ini masih dinilai murah harganya. Sementara, sarana pendukung untuk penyediaan tenaga alternatif seperti stasiun pengisian, masih terhitung langka. Sehingga, orang berpikir 12 kali untuk melengkapi mobilnya dengan perangkat pendukung bahan bakar gas (BBG). Sehubungan dengan penggunaan BBG, kalau diamati kebiasaan masyarakat yang telanjur dimanja pada abad XX ini, yang masih belum terbiasa terhadap cara pengisian gas dan perangkat tambahan di mobil (memakan waktu lebih lama), rasanya peralihan ke energi alternatif ini masih mendapat cukup banyak kendala. Orang sudah terbiasa duduk di mobil, sambil membuka tutup tanki dari ruang kemudi, serta kemudian membayar uang bensin tinggal melalui jendela. Mereka ini akan merasa terganggu, dan kurang nyaman dengan kebiasaan baru.

MELIHAT kecenderungan seperti itu, maka dapat dipastikan sampai sisa akhir abad ini, atau bahkan permulaan abad mendatang, mesin dengan bahan bakar minyak bumi tetap menjadi pilihan utama. Masalahnya, tinggal bagaimana membuat agar sisa minyak bumi bisa diperpanjang masa pakainya, dengan cara pengiritan yang ketat. Kendati persediaan minyak bumi mulai menipis, para konsumen tidak mau ambil pusing akan hal tersebut. Para ahli dan pemilik merk harus menciptakan suatu teknologi maju karena dengan cara itu bisa menang dalam persaingan. Mitsubishi sangat antusias terhadap program GDI (Gasoline Direct Injection). Sistem ini sebenarnya bukan barang baru. Bahkan sudah dipergunakan sejak tahun 1930-an, pada pesawat terbang, dan juga untuk mobil-mobil balap. Sejak lama para pakar otomotif yakin, bahwa direct injection untuk mesin bensin adalah jawaban agar mesin mobil lebih efisien terhadap penggunaan bahan bakar. Karena bahan bakar disemprotkan dengan tekanan tinggi ke ruang kompresi. Selain itu, disadari bahwa selama ini energi panas yang dihasilkan oleh minyak bumi terlalu banyak terbuang pada proses mesin mobil. Seperti halnya panas yang dihasilkan dari pembakaran minyak bumi harus didinginkan kembali dengan udara atau air (radiator), dan banyak energi yang terbuang lewat knalpot. Energi yang dibuang itu juga tidak kepalang tanggung. Hasil hitungan mengatakan bahwa energi yang terbuang sampai 75 persen pada mesin bensin dan 65 persen pada mesin diesel. Artinya, selama ini energi yang dihasilkan oleh minyak bumi cuma antara 25 sampai 35 persen yang bermanfaat. Sedangkan sisanya dibuang kembali ke alam, dan tidak bisa diambil lagi alias musnah. Perinciannya, lebih dari 30 persen terbuang lewat sistem pendinginan, 35 persen lewat gas buang, dan sisanya untuk sistem kerja mesin itu sendiri. Teknik direct injection yang digencarkan penggunaannya oleh Mitsubishi menyerupai inseminasi pada hewan. Bahkan menyerupai cara penghadiran bayi tabung. Prosesnya lebih singkat, dan langsung ke tujuan, tidak perlu membuang sel telur yang berjumlah jutaan. Cukup satu pasang, sudah bisa menjadi makhluk hidup.

Mitsubishi terhenyak dari kemajuan teknologi dan kemudian berencana membuat mesin GDI secepatnya. Kitane, orang penting Mitsubishi mengatakan, bahwa Mitsubishi akan memasangkan GDI pada semua mobil bensinnya pada akhir abad ini. Pada bulan Agustus 1997, Mitsubishi memperkenalkan mesin GDI, 1.800 cc empat silinder pada sedan Galant, serta station wagon Legnum. Dan akan menyusul kemudian, mesin GDI 3.500 jenis V6 secepatnya. Pada akhir 1997 untuk dua sedan lagi, kemudian sedan sport dan kendaraan serba guna. Diharapkan, akhir abad ini semua mesin bensin Mitsubishi sudah menggunakan GDI. Dengan cara ini, Mitsubishi mengharapkan bisa menghemat 30 persen bensin dari mesin 3.500 cc, tenaga bertambah 10 persen dan pengurangan emisi gas buang ditekan sampai 30 persen. Walaupun sedan Mitsubishi tidak banyak bicara di pasar negeri ini, namun kalau dilihat dari rencana raksasa tersebut bukan tak mustahil, merk-merk mobil Korea, Eropa dan Jepang lainnya bisa terancam. Tentu saja, notabene, apabila harga sedan Mitsubishi murah, meski berteknologi tinggi dan hemat bahan bakar.

SISTEM injeksi bahan bakar langsung ke ruang bakar mesin memang mendatangkan keuntungan besar. Pertama, optimalisasi bahan bakar. Dan kedua, bisa menurunkan emisi gas buang yang beracun secara drastis. Yukimichi Kitana, eksekutif Mitsubishi, dalam sebuah wawancara dengan Otomotive News mengatakan, bahwa sistem GDI merupakan sistem yang bisa mengatasi persyaratan emisi gas buang yang sangat ketat di Eropa maupun AS. Rencananya, rekayasa mesin ini pertama akan diperkenalkan ke seluruh Jepang, kemudian Eropa, AS dan akhirnya ke seluruh penjuru dunia. Mitsubishi segera akan menyelesaikan mesin V6 (mesin bentuk V dengan enam silinder) yang akan banyak digunakan pada berbagai model. Pada akhir 1997, mesin GDI ini akan dipasangkan pada dua tipe sedan, dan tiga minivan termasuk mobil sport serta mobil serba guna. Pada akhir abad ini, mesin GDI akan menggantikan semua mesin bensin, baik yang menggunakan karburator maupun sistem injeksi non-GDI. Pada akhir 1997, Mitsubishi akan mengekspor mobil yang menggunakan GDI seperti Galant, Space Wagon (Jepang: Chariot), serta Pajero (AS: Montero). Kalau Mitsubishi jelas-jelas ingin menutup abad ini dan menyongsong abad XXI dengan teknologi GDI, maka Toyota yang dikenal sebagai perusahaan mobil yang berani mengeluarkan biaya research and development (R&D) sampai senilai 4,8 milyar dollar AS untuk anggaran belanja tahun 1996, terus merekayasa mesin dengan sistem VVT-i, dan mengadakan penyempurnaan pada sistem mobil hibrida-nya. (Kerja sama mesin bensin dengan motor listrik). Akihiro Wada - Wakil Direktur Eksekutif Toyota - memberikan tanggapan agak kontras dan bernada hati-hati sehubungan dengan rencana Mitsubishi ini. Toyota, yang sudah berpengalaman dengan mesin bensin direct injection D4, merasa belum puas. Wada mengatakan, ia merasa bahwa Mitsubishi belum mendapatkan potensi yang maksimum dari mesin dengan sistem injeksi langsung itu. "Begitu pula kami," ungkap Wada. Pasalnya, sistem injeksi langsung ke ruang bakar mengalami kendala pada sifat bahan bakar bensin. Solar mengandung pelumas yang berguna melumasi agar komponen seperti pompa injektor serta injektor bisa tetap bekerja secara optimal. Sedangkan pada bahan bakar bensin, tidak mengandung sifat pelumasan tersebut. Selain itu, sisa kerak yang terjadi di sekitar kepala silinder (kop) akibat proses pembakaran di dalam silinder mesin bisa terus-menerus mengganggu sistem penyemprotan langsung tersebut. Sama halnya dengan yang terjadi pada busi. Kendati tantangan masih berat, namun masa depan persaingan pasar mobil terletak pada dua hal. Pertama, pemilik merk mobil harus menjadikan mobil dengan teknologi tinggi mengatasi semua kendala yang mungkin timbul. Artinya, hemat dan tetap bertenaga besar. Dan kedua, memberikan tingkat kenyamanan sekaligus rasa aman yang tinggi. Toyota tampaknya berkonsentrasi pada VVT-i dan mesin direct injection D4 serta mobil hibrida, produk terbaru yang secara besar-besaran dipamerkan di Tokyo Motor Show Oktober-November ini.

KALAU pada sistem VVT-i (Variable Valve Timing Intelligent), Toyota berusaha merekayasa sistem pemasukan bahan bakar dan udara pembuangan sisa pembakar seefisien mungkin dengan membuat camshaft (noken as) bisa bekerja bebas seirama dengan rpm dan beban mesin, maka pada sistem hibrida yang juga dilengkapi dengan VVT-i itu memanfaatkan sisa tenaga yang biasanya terbuang pada sistem lama untuk menggerakkan generator listrik guna mengisi pada seperangkat aki. Kemudian, pada saatnya secara otomatis tenaga yang tersimpan itu (aki) akan dipakai untuk menggerakkan mobil. Pada saat itu, mesin bensin mobil sudah dimatikan oleh komputer. Manajemen mesin ini dikontrol oleh peralatan komputer. Dengan cara ini, satu liter bensin bisa menggerakkan mobil hibrida sampai 30 km. Mobil hibrida yang menggunakan nama Toyota Hybrid System (THS), dikembangkan dari mesin bensin 1.500 cc yang dilengkapi dengan motor penggerak listrik dan aki. Sistem ini memberi harapan besar pada penghematan minyak bumi, sekaligus menciptakan mesin yang ramah terhadap lingkungan hidup. Hasil tes emisi gas buang seperti CO hanya satu persen dari emisi yang diizinkan di Jepang (CO yang diizinkan, 2,1 persen volume). Demikian pula dengan HC dan NOx.
Apa kontribusi ATPM di negeri ini? Kalau tahun 2005 menurut para pakar semua mobil di Jepang dan AS serta negara maju lainnya sudah menggunakan sistem direct injection, dan kemungkinan besar dalam tahun itu pula kendaraan hibrida sudah banyak digunakan di berbagai negeri. Tidak ada ramalan, kapan negeri kita kebagian teknologi maju tersebut. Ceritanya mungkin menjadi lain, bila nanti benar-benar kita sudah berada di era global, dimana harga-harga mobil sudah sama murahnya di mana-mana. Sebuah sedan Corolla, misalnya, saat ini di AS sudah sekitar Rp 45 juta! Bila keadaan demikian, bukan tidak mungkin teknologi maju seperti mobil hibrida bisa dinikmati di negeri ini. Kalau tidak, kita akan semakin tertinggal dalam hal teknologi. Nyatanya, sekarang ini saja sudah ada banyak negara maju yang menggunakan EFI (electric fuel injection, dan bukan direct injection), dan mereka telah meninggalkan mesin dengan karburator. AS, misalnya, mereka sudah melakukannya sejak 1993.

Di Indonesia, mayoritas mobil-mobil kita masih menggunakan karburator yang terkenal menghasilkan emisi gas buang, yang kaya akan racun (CO, HC dan NOx), serta tidak efisien. Nyatanya orang lain sudah menggunakan mesin yang irit dan ramah terhadap lingkungan kita, sementara kita masih dicekoki dengan mesin berteknologi kuno. Banyak pihak yang berpendapat, bahwa yang memegang peran dalam perkembangan ini adalah pemerintah. Pajak yang tinggi, dan peraturan yang tidak ketat soal emisi gas buang mengakibatkan teknologi yang kita dapatkan adalah teknologi yang sudah ketinggalan. Bersyukurlah, bila nanti sebelum saat kepunahan minyak bumi tahun 2040, kita masih bisa menikmati mobil-mobil masa depan yang ramah lingkungan, efisien namun tetap bertenaga seperti mobil-mobil hibrida. Tentu, kita masih harus lama menunggu. *

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix