Keluar dari toilet menumpang taksi maksudnya pergi melihat pintu gerbang Cina. Jarak yang hanya beberapa km, oleh sang sopir, mobil dilarikan seperti mengejar pesawat yang mau berangkat. Belum lagi jalan yang sempit, dikiri kanan ada dahan-dahan pohon yang dipangkas yang ditinggalkan begitu saja, sehingga sang
Lain halnya yang penulis alami tahun lalu di Tokyo. Dua hari di Tokyo tidak pernah mendengarkan bunyi klakson dan tidak mendengar orang mengumpat kesal kalau jalannya diminta. Biasanya yang satu mengalah dan membiarkan mobil itu melaju terus. Kejadian seperti ini biasanya karena di depan ada penyempitan lebar jalan atau sedan mau mendahului mobil truk. Menarik untuk dicatat
Terakhir penulis mengalami kecelakan di Osaka. Taksi yang yang ditumpangi dicium buntutnya oleh sedan lain. Kejadian ini agak istimewa, karena sedan itu meloncati jalur pemisah berukuran 30 x 30 cm yang terbuat dari beton, seperti halnya Kijang melompati pagar. Bisa dibayangkan besarnya benturan akibat loncatan itu. Penulis menduga, pengemudi itu menoleh ke sisi kiri mobil, tau-tau ia sadar mobilnya hampir mencium mobil disebelahnya. Maksud hati menekan rem, terlantur kaki menekan pedal gas. Yang penulis lihat kedua orang tua itu keluar dari mobil masing-masing, yang menabrak agak bingun, sedangkan yang punya taksi (68) omong sepertinya menggunakan bahasa "kromo". Beberapa saat kemudian polisi datang mengurus tampa didahului dengan baku hantam maupun perang mulut.
Sering kita dengar bahwa watak satu bangsa dapat terlihat pada bagaimana mereka mengemudikan mobil di jalan raya. Pengalaman di atas tentu tidak 100 % mewakili Warga Jepang atau Warga Macao.
Berbicara dengan kaum tua, ceriteranya bisa panjang lebar tentang cara mendapatkan SIM, singkatnya sangat sulit. Katanya, dulu diajarkan sampai cara parkit, masuk persimpangan jalan, berapa jarak yang diperbolehkan antara 2 mobil yang berurutan. Sekarang yang ada tanda larangan saja dilanggar apalagi tidak ada tanda, katanya. Berikut ini ada beberapa saran bagi pengemudi untuk menghindari kecelakaan di jalan rara.
Di negeri ini sangat mudah mendapatkan SIM, ini berebda di negeri maju. Orang mesti ikut kursus dan ujian yang ketat. Pelanggan lalu lintas bisa mengancam pencabutan lisensi pengemudi. Bahkan menabrak orang dan mati bisa dibatalkan ijin mengemudi seumur hidup. Maka di negeri Amerika umpamanya, orang sangat takut melanggar peraturan lalu lintas. 1997 saya pernah sebulan di Leisburg USA. Suatu hari saya berjalan jalan menelusuri trotoar, di suatu persimpangan jalan saya berlagak mau menyebrang walaupun jalanku perlahan saja. Jalan dimana saya mau lewati lampu masih hijau, maka kalau di negeri kita pengemudi bilang EGP (emang gua pikirin) kalo lu mau menyebrang. Tidak demikian pengalaman saya, mobil itu mengerem keras dan berhenti, agar saya bisa menyebrang. Mungkin dalam hati dia bilang mungkin ini orang gila. Yah saya tentu tidak menyebrang karena saya bukan orang gila.
Jalan melanggar marka jalan, sungguh berbahaya. Karena setiap pengemudi beranggapan itu batas haknya. Kalau ada garis putus putus pada satu sisi, maka sisi itu boleh menyebrang tetapi harus aman, keselamatan ada di tangan anda. Tetapi sebaliknya yang berada di garis tanpa putus dilarang. Ingat polisi lalu lintas sedang berada di tempat tersembunyi untuk menangkap pelanggaran anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar