18 April 2008

CATATAN UNTUK BENGKEL

Belum lama berselang, di harian KOMPAS dalam ruang Redaksi yang terhormat, pembacanya keluhkan keteledoran tukang cuci mobil pada salah satu bengkel di Jakarta. Ban mobil lepas saat mobil sedang melaju, mengelinding meninggalkan mobil. Untung kejadian itu terjadi di jalan yang sepih. Pembaca dapat memba­yangkan, apa yang bakal terjadi kalau kejadian ini terjadi di jalan yang ramai atau kalau di Yogyakarta di ring-road Utara. Mungkin suatu kecelakaan bakal terjadi.

Biasanya mobil dicuci tanpa melepaskan ban dari roda. Namun akhir akhir ini gencar diperkenalkan cuci mobil dengan melepaskan ban sehingga kotoran yang tersembunyi dibelakang ban dapat diber­sihkan. Cara ini bagus tetapi jangan lupa mengeraskan kembali baut roda.

Tanggal 28 April 1993 ada lagi celaan pembaca kepada sebuah bengkel di daerah Kebayoran Baru, juga lewat koran. Mobil yang semula hanya akan servis biasa maksudnya ganti oli dan Tune Up Mesin terpaksa menginap di bengkel. Berangkat ke bengkel tidak ada hal yang luar biasa, sekarang malah tidak bisa pulang ke rumah karena mogok. Kesal karena sudah ada janji masih harus membayar igniter yang ratusan ribu rupiah. Kesabarannyapun habis.

Disamping dua contoh di atas bengkel-bengkel memiliki banyak pengalaman akibat ketidak cermatan dari para pekerjanya. Berikut ini ada 2 contoh lain:

Seorang pemilik sedan yang kurang faham akan teknik permobi­lan pernah mengalami hal sebagai berikut. Ia baru membeli sebuah mobil bekas pakai. Untuk meyakinkan dan mencari rasa aman terhin­dar dari mogok maka mobil dibawa untuk servis seluruh yang dirasakan kurang beres oleh bengkel. Mobil sebenarnya tidak ada masalah. Ia minta ganti semua oli dan tune up mesin. Pikirnya karena baru pulang dari bengkel maka segalanya beres, namun apa yang terjadi sesudah itu. Sorenya ia mencoba mobil di Jalan Malioboro. Sekonyong-konyong mesin mogok. Di start hidup lagi tetapi mesin pincang dan ada bunyi seperti knal pot bocor. Mau
berangkat mesin mati lagi. Terpaksa mobil ditarik pulang ke rumah. Oleh seorang teman yang sedikit mengetahui soal mesin motor, kap mesin dibuka. Secara tidak sengaja ia memeriksa busi. Menurutnya, seperti halnya motor maka yang pertama ia amati adalah busi. Agak keheranan ia menyaksikan, semua busi hampir copot, mudah saja memutar dengan tangan. Normalnya, untuk membuka harus menggunakan kunci khusus karena terkancing keras. Setelah semua busi terkancing dengan baik, kunci kontak diputar, jreng mesin hidup kembali. Sejak itu, mobilnya tidak dibawa lagi ke bengkel yang kurang hati-hati tersebut.

Lain pula yang dialami oleh pemilik sebuah truck. Setelah selesai mengganti oli dan filter, mobil dibawa pulang. Belum sampai menempuh 10 Km, sekonyong-konyong lampu indikator oli menyala. Tanpa berpikir lama-lama, mobil diparkir. Betapa terke­jutnya ia karena di sepanjang jalan yang dilalui, ada garis panjang akibat tumpahan oli. Dengan jengkel ia mencela pekerjaan bengkel tersebut. Memang mesin tidak sampai rusak, tetapi dapat dipastikan mesin akan rusak parah kalau lampu indikator mati karena rusak sedangkan oli mesin habis. Mesin akan "terkanc­ing" dan biaya untuk memperbaikinya bisa sampai jutaan rupiah.

Apa yang menyebabkan sehingga oli mesin habis? Setelah diperiksa ternyata, akibat menggunakan oli filter imitasi sehingga karet penyekat pada filter putus.

Dari 4 contoh kekurang hatian pihak bengkel, bisa digolong­kan ceroboh, dua yang disebut terahir tidak terlalu berat akiban­ya. Bisa dilokalisasi. Truck karena sudah sering masuk ke bengkel dan pelanggan lama, bengkel bisa dimaafkan. Bengkel rugi karena kehilangan pemilik sedan, calon pelanggan baru bengkel. Pasti ia juga menceriterakan kepada teman-temannya. Namun yang berakhibat paling buruk dan luas adalah sampai pemilik mobil menggunakan koran. Situasi ini sangat merugikan.

Upaya perbaikan cara kerja harus dilakukan. Kalau tidak, cepat atau lambat, pasti akan ditinggalkan oleh para pelanggan­nya. Itu berarti Bengkel sebagai tempat pekerja mencari nafka ibarat SAWAH LADANGKU akan rusak.

Bagaimana mengatasi hal ini? Jawabannya tentu bagaimana caranya memperbaiki kondisi sumber daya manusianya. Bengkel yang terus menerus memberikan pendidikan dapat menciptakan suatu etos kerja, budaya kerja dan selalu berusaha lebih baik dari kemarin.

Mungkin beberapa saran berikut ini dapat digunakan untuk menjaga hubungan baik antara bengkel dengan pelanggannya.

  1. Hubungan dan suasana kerja yang harmonis dalam pengelolaan bengkel.
  2. Usahakan selalu ada pendidikan yang terus menerus, baik melalui pusat latihan atau lewat diskusi yang dilakukan secara teratur, sehingga mutu pekerjaaan dapat memuaskan pelanggan.
  3. Jujur terhadap pelanggan, kalau rusak katakan rusak tetapi jangan katakan rusak lalu menjadi alasan untuk menguras kantongnya pelanggan sedangkan kerusakan itu akibat kecerobohan montir. Harus berani menerima kerugian sebagai resiko bengkel. Justeru itu menjadi iklan yang efektif.
  4. Kejadian seperti ban lepas umumnya terjadi karena lupa. Saat ban di pasangkan kembali, mobil masih di atas lief yang biasanya baut roda tidak bisa dikencangkan. Saat turun dari lief terus mundur sehingga melupakan kewajiban mengencangkan baut roda. Maka pekerjaan mengecek kembali harus dilakukan. Umpamanya dengan membuat semacam daftar periksa ulang dan harus ada petugasnya. Semacam SOP, Standard Operation and Procedure.
  5. Ingat pelanggan yang kecewa akan mengatakan kekecewaaanya kepada 16 orang lain, kalau dia puas hanya mengatakan pada 5 orang saja.

Tidak ada komentar:

Konsultasi, informasi dan tanya jawab. Kirim email ke martin.teiseran@yahoo.co.id


Free shoutbox @ ShoutMix